Politikus Golkar Dedi Mulyadi: Abu Janda Influencer Banyak Aksi Kurang Isi

30 Januari 2021 17:22 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abu Janda mengenakan seragam Banser. Foto: Instagram/@permadiaktivis2
zoom-in-whitePerbesar
Abu Janda mengenakan seragam Banser. Foto: Instagram/@permadiaktivis2
ADVERTISEMENT
Nama Permadi Arya alis Abu Janda tengah menuai sorotan lantaran diduga menyebarkan ujaran kebencian serta SARA kepada eks Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai.
ADVERTISEMENT
Anggota DPR Fraksi Golkar Dedi Mulyadi berpandangan sosok Abu Janda merupakan fenomena influencer yang banyak aksi namun minim referensi.
"Abu Janda adalah problem minimnya gagasan kaum influencer. Banyak aksi kurang isi. Banyak aksi kurang referensi," kata Dedi, Sabtu (30/1).
Dedi pun mengaku bingung Abu Janda hadir sebagai perwakilan dari pihak mana. Sebab, menurut dia, Abu Janda sering muncul dengan pakaian tradisional Jawa namun sikapnya tidak mewakili budaya Jawa.
"Saya malah bertanya, sebenarnya dia ini mewakili siapa. Kalau mewakili kaum tradisi, tradisi mana yang dia kembangkan. Kalau mewakili kaum nahdliyin dia nyantri di mana dan kitab apa yang dia sukai. Kalau bicara tentang pluralisme, nasionalisme, maka dilarang untuk bersikap rasialisme," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Komisi IV DPR itu pun menuturkan saat ini demokrasi Indonesia membutuhkan orang-orang cerdas dan objektif dengan perbedaan yang ada.
Permadi Arya alias Abu Janda. Foto: Fachrul Irwinsyah/kumparan
"Saatnya menata negeri ini dengan baik. Demokrasi harus diisi oleh orang-orang cerdas. Kalau kaum pluralis membabi buta pada kelompok yang dianggap berbeda, apa bedanya dengan kaum fundamentalis?" ujarnya.
Menurutnya, kerangka berpikir tentang kebangsaan harusnya diisi dengan jiwa kebangsaan, tanpa diisi jiwa kelompok atau isme. Ia menilai, saat ini isme-isme itu berubah menjadi kemasan politik yang seringkali perilaku mereka merasa nasionalis tapi tidak mencerminkan nasionalisme.
"Artinya bahwa kebangsaan atau nasionalisme hanya menjadi paham berdasarkan isme yang kita yakini. Maka dalam perjalanannya hanya saling mengalahkan. sehingga isme-isme itu hanya isu atau kemasan. Nasionalisme itu isi dari sistem kebangsaan kita, bukan hanya kemasan," kata Dedi.
ADVERTISEMENT
"Ternyata tidak bisa objektif, tetap berpihak. Di luar golongan kita, kita anggap salah. Fenomena Abu Janda itu salah satunya. Dia juga termasuk problem influencer yang minim gagasan tapi banyak aksi," tutup dia.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.