Polling kumparan: 57,23% Pembaca Tak Setuju KUA Jadi Tempat Nikah Semua Agama

8 Maret 2024 17:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan pengantin Satrio dan Nuni menggunakan masker saat melaksanakan prosesi akad nikah di Kantor KUA Bekasi Utara.  Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan pengantin Satrio dan Nuni menggunakan masker saat melaksanakan prosesi akad nikah di Kantor KUA Bekasi Utara. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebanyak 57,23 persen pembacatidak setuju jika KUA menjadi tempat untuk pencatatan pernikahan seluruh agama. Angka ini merupakan hasil polling kumparan yang beredar pada 29 Februari hingga 7 Maret 2024.
ADVERTISEMENT
Total ada sebanyak 3.619 responden yang berpartisipasi dalam polling ini. Sebanyak 2.071 orang tidak setuju KUA jadi tempat untuk pernikahan semua agama. Sisanya, 42,77 persen atau 1.548 orang setuju jika KUA menjadi tempat nikah semua agama.
Sebelumnya, rencana Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas untuk menjadikan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk semua agama menuai polemik.
Ilustrasi Kantor KUA Foto: ANTARA/HO-Kemenag
Menag Yaqut Cholil Qoumas sendiri menegaskan KUA adalah etalase Kemenag sehingga harus bisa digunakan untuk umat semua agama.
"Karena KUA ini adalah etalase Kementerian Agama, ya. Kementerian Agama, kan, kementerian untuk semua agama, KUA juga memberikan pelayanan keagamaan pada umat agama non Islam," kata Yaqut di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (26/2).
ADVERTISEMENT
KUA sebelumnya hanya menjadi tempat pernikahan bagi agama Islam. Sedangkan agama lain melakukan proses pernikahan di tempat ibadah dan mendaftarkan di catatan sipil.
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI), misalnya, meminta Menag Gus Yaqut Cholil Qoumas menimbang lagi rencana menjadikan Kantor Urusan Agama (KUA) jadi tempat nikah semua agama.
Sementara itu, Muhammadiyah menilai wacana KUA jadi tempat nikah semua agama perlu dikaji lebih mendalam. Sekretaris Umum Muhammadiyah Abdul Mu'ti menyebut perlu melihat manfaat dan mudharatnya