Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Prabowo-SBY Bertemu, Apa Pengaruhnya bagi Ekonomi RI?
28 Juli 2017 9:19 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
ADVERTISEMENT
Pertemuan Prabowo Subianto dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) semalam dikhawatirkan akan mempengaruhi investasi asing yang masuk ke Indonesia. Apalagi, Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2019 semakin dekat.
ADVERTISEMENT
Ekonom Institute for Development of Economics & Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, politik menjadi risiko terbesar bagi para investor. Bahkan menurutnya cukup sulit untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi investasi menjelang tahun politik.
"Ini smua tergantung juga dari berapa calon presiden yang diusung. Kalau akhirnya hanya 2 calon karena adanya syarat presidential threshold 20 persen, maka persaingan bisa jadi meruncing. Risiko politiknya lebih besar di mata investor," ujar Bhima kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (28/7).
Menurutnya, saat ini investasi yang masuk masih memilih instrumen portofolio. Sebab, hal tersebut lebih likuid untuk mengantisipasi kondisi politik (easy in easy go).
"Mereka akan lebih memilih portfolio karena easy in easy go," kata dia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, lanjut Bhima, defisit anggaran menjadi hal yang paling rentan ketika memasuki tahun politik. Pemerintah juga diminta untuk terus menjaga defisit anggaran yang dalam APBN-P 2017 diproyeksikan 2,92 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Sebelumnya lembaga-lembaga rating mengapresiasi Indonesia karena menjaga defisit di bawah 3 persen. Jadi sekarang pemerintah memang harus ekstra hati-hati dalam menjaga anggaran. Shortfall pajak pun tahun ini diprediksi masih besar karena tidak ada penerimaan tambahan pasca tax amnesty," jelasnya.