Presiden Columbia University AS Mundur usai Protes Massal Pro-Palestina

15 Agustus 2024 10:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Columbia Minouche Shafik. Foto: KEN CEDENO/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Columbia Minouche Shafik. Foto: KEN CEDENO/REUTERS
ADVERTISEMENT
Presiden Universitas Columbia di New York, Minouche Shafik, mengundurkan diri pada Rabu (14/8). Keputusan itu diumumkan beberapa bulan setelah protes pro-Palestina membawa pengawasan nasional ke institusi tersebut dan hanya beberapa minggu sebelum dimulainya tahun ajaran baru.
ADVERTISEMENT
Protes antiperang hingga aksi perkemahan di Columbia dan sejumlah kampus Amerika Serikat Juni lalu itu mempermasalahkan dukungan AS untuk Israel dalam serangannya melawan Hamas di Gaza.
Para kritikus menyebut protes tersebut mengarah pada anti-Semitisme dan intimidasi.
Puncaknya, Presiden Columbia Minouche Shafik diinterogasi di hadapan Kongres AS bersama presiden universitas lainnya. Mereka dituduh tidak menjaga keamanan mahasiswa Yahudi.
"Selama musim panas, saya telah merenung dan telah memutuskan bahwa pengunduran diri saya pada titik ini akan memungkinkan Columbia untuk mengatasi tantangan di masa mendatang," tulis Shafik dalam email pengunduran dirinya itu, Rabu (14/8), dikutip dari surat kabar mahasiswa Columbia Spectator.
"Saya membuat pengumuman ini sekarang agar kepemimpinan baru dapat terbentuk sebelum semester baru dimulai,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Kepala Eksekutif Pusat Medis Irving Universitas Columbia, Katrina Armstrong, akan menjabat sebagai presiden sementara.
Orang-orang mendengarkan orasi di perkemahan pro-Palestina, menganjurkan pengungkapan keuangan dan divestasi semua perusahaan yang terkait dengan Israel dan menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza, di dalam kampus Universitas Columbia. Foto: AP/Andres Kudacki
Dikutip dari AFP, menurut para pengunjuk rasa—banyak di antaranya orang Yahudi, pandangan anti-Israel para demonstran telah disamakan dengan anti-Semitisme.
Mereka mengatakan, tuduhan individu tentang insiden kebencian digunakan untuk mengalihkan perhatian dari seruan gencatan senjata karena jumlah korban tewas warga sipil yang terus meningkat.
Saat protes dan aksi perkemahan menyebar di berbagai universitas AS selama beberapa minggu, para pengunjuk rasa bahkan sampai menduduki gedung-gedung kampus.
Dalam beberapa kasus, terjadi bentrokan dengan polisi. Di waktu lain, sejumlah pengunjuk rasa pro-Israel menyerang perkemahan.
Ketua DPR AS, Mike Johnson, sempat mengkritik keras protes tersebut sebagai "terorisme". Namun ia turut menyambut baik pengunduran diri Shafik.
ADVERTISEMENT