Presiden Pemuda Asia Afrika Nilai Ukraina Tak Layak Hadiri G20, Apa Alasannya?

2 Juli 2022 9:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government/AAYG) Respiratori Saddam Al-Jihad. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government/AAYG) Respiratori Saddam Al-Jihad. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government/AAYG) Respiratori Saddam Al-Jihad mengapresiasi Presiden RI Jokowi yang membawa misi perdamaian dalam kunjungan ke Ukraina dan Rusia.
ADVERTISEMENT
Namun, Saddam menilai mengundang Ukraina hadir di KTT G20 pada November 2022 di Bali kurang tepat.
“Misi perdamaian yang dibawa presiden Jokowi ke Volodymyr Zelensky dan Vladimir Putin perlu kita dukung meskipun perdamaian antara kedua negara, Ukraina dan Rusia sangatlah sulit terealisasi karena persoalan histori dan rasionalisasi kenapa Rusia harus melakukan operasi di Ukraina,” tutur Saddam dalam keterangan resminya.
Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berjalan untuk pertemuan di Kiev, Ukraina, Selasa (29/6/2022). Foto: Ukrainian Presidential Press Service/Handout via REUTERS
Saddam menegaskan tujuan operasi Rusia, yakni melindungi warga sipil Republik Rakyat Donetsk dan Republik Luhansk dari ancaman nyata battalion-batalion sukarelawan neo-nazi dari Ukraina. Selain itu, menurutnya, Ukraina berambisi bergabung ke NATO dan memperkuat kerja sama dengan Amerika Serikat dan sekutunya.
“Selama itu dilakukan oleh Ukraina di bawah kepemimpinan Zelensky, pastinya tidak ada titik penyelesaian dengan Rusia karena selain Ukraina melakukan pelanggaran kemanusiaan terhadap rakyat Donetsk dan Luhansk, juga mengancam kedaulatan Rusia dan stabilitas keamanan kawasan khususnya Eropa Timur,” ujar Saddam.
ADVERTISEMENT
Hal yang penting disoal, lanjut Saddam, adalah dalam pertemuan di Kiev, Jokowi mengundang Zelensky hadir di G20. Itu bukanlah langkah yang tepat dan Ukraina tidak layak hadir, mengingat forum ini diperuntukkan untuk memperbaiki dan menjaga stabilitas ekonomi-keuangan internasional dari krisis.
“Harapannya G-20 di Bali konsen pada pemulihan ekonomi global pascakrisis COVID-19, dan harus dipisahkan dengan persoalan Rusia dan Ukraina meskipun Indonesia mendapat tekanan (AS dan Sekutunya) pasca-pelaksanaan G-7 di Jerman.
Presiden Joko Widodo (kiri) berjabat tangan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) usai menyampaikan pernyataan bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022). Foto: BPMI-Laily Rachev/Antara Foto
Dari Ukraina, Jokowi lanjut ke Moskow bertemu Presiden Vladimir Putin, dan tidak hanya membahas soal perdamaian dunia tetapi juga sepakat meningkatkan kerja sama antara Rusia dan Indonesia. Saddam berharap ke depannya itu dapat terealisasi karena bagaimana pun dalam catatan sejarah Indonesia dan Rusia memiliki hubungan dekat.
ADVERTISEMENT
“Sejak era Sukarno dan Nikita Khurschev, Indonesia dan Rusia memiliki hubungan persahabatan yang begitu erat, bahkan Rusia membantu Indonesia membangun Stadion Gelora Bung Karno, rumah sakit, peralatan militer untuk mempertahankan NKRI dan kembali merebut Irian Barat, dan bantuan lainnya,” terang Saddam.
“Potensi kerja sama antara kedua negara di berbagai bidang sangatlah besar dan Indonesia bisa menjadi strategic partnership bagi Rusia di Indo Pasifik. Itu dapat dilihat dari perdagangan bilateral kedua negara di 2021 naik lebih 40% dan di 2022 lima tahun pertama meningkat di atas 65%," rincinya.
"Ini yang disebut Vladimir Putin merupakan “the work of the Russian-Indonesian Joint Commission on Trade, Economic, and Technical Cooperation”, pungkas Saddam.