Prof Hindra Ajak Masyarakat Vaksin Booster: Manfaat Lebih Besar daripada Risiko

25 Juni 2022 16:04 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari.
 Foto: FKUI
zoom-in-whitePerbesar
Prof. Dr. dr. Hinky Hindra Irawan Satari. Foto: FKUI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Komnas KIPI Prof Hinky Hindra Irawan Satari mendorong masyarakat untuk segera melengkapi vaksinasi serta melakukan booster. Ia mengajak masyarakat tak perlu khawatir mengikuti vaksin booster, khususnya bagi para lansia.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, angka vaksinasi primer di Indonesia sudah cukup tinggi, baik dosis pertama maupun kedua. Namun, capaian vaksinasi booster baru mencapai 27 persen atau sekitar 50 juta orang.
Dia menjamin vaksin booster sangat bermanfaat untuk terhindari COVID-19. Hal ini juga sudah diperkuat dengan penelitian KIPI.
"Baru 27 persen sampai hari ini. Kenapa sih pada khawatir? karena keamanan?" kata Hindra dalam acara diskusi 'Pentingnya Vaksinasi Booster di Masa Pandemi COVID-19', di Jakarta, Sabtu (25/6).
"Manfaat yang diperoleh juga jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi. Surveilans KIPI melihat keamanan vaksin dilakukan berkesinambungan untuk memastikan keamanan vaksin dalam upaya peningkatan keselamatan pasien serta menentramkan masyarakat," sambungnya.
Petugas kesehatan memberikan vaksin booster COVID-19 di Gedung Smesco di Jakarta pada Senin (7/3/2022). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Ia tak menampik ada kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan vaksin COVID-19 platform Viral Vector. Termasuk vaksin AstraZeneca. Meski demikian, Hindra menyebut vaksin itu aman digunakan, baik untuk vaksinasi primer maupun booster.
ADVERTISEMENT
Hindra menuturkan, sudah 65 juta dosis yang diberikan pada masyarakat. Sejauh ini tidak ada hal yang mengkhawatirkan. Dari data KIPI juga tak ditemukan gangguan kesehatan.
"Lebih dari 65 juta dosis vaksin COVID-19 viral vektor telah berikan di Indonesia. Hingga saat ini, data surveilans KIPI menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 viral vektor aman sebagai primer maupun booster," ujarnya.
Menurut Hindra, gejala ringan yang ditimbulkan setelah booster masih kategori wajar. Gejala itu berupa demam hingga muntah, tapi dapat disembuhkan setelah dirawat.
"Sama juga demam sakit kepala nyeri otot mual muntah lemas semua dirawat semua sembuh ya tanpa adanya pengobatan," tandasnya.
Ia berharap masyarakat Indonesia mau untuk mendapatkan vaksin booster. Khususnya kalangan lansia.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, pemberian dosis booster bagi lansia yang berusia lebih 60 tahun dapat diberikan dengan interval minimal 3 bulan setelah mendapat vaksinasi primer lengkap. Vaksinasi booster dapat dilakukan secara homolog atau heterolog menggunakan regimen vaksin yang tersedia di lapangan dan sudah mendapatkan EUA dari BPOM serta sesuai dengan rekomendasi ITAGI.
Vaksin booster homolog merupakan vaksin COVID-19 yang diberikan sama dengan jenis platform vaksinasi primer. Sementara vaksinasi heterolog merupakan pemberian vaksin booster yang berbeda platform atau vaksin dengan platform sama, tetapi berbeda merek.
"Vaksinasi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan titer antibodi yang diinginkan untuk merespons memori untuk mengenali antigen dalam virus COVID-19” tegas Hinky.
Sementara berdasarkan rekomendasi Kemenkes untuk kelompok komorbid, vaksinasi dapat dilakukan apabila penyakit dalam keadaan terkontrol. Misalnya pasien hipertensi dapat divaksinasi kecuali jika tekanan darahnya tinggi di atas 180/110 MmHg akan ditunda sampai teratasi. Kemudian pasien diabetes dapat divaksinasi sepanjang belum ada komplikasi akut.
ADVERTISEMENT
Ketua Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Prof. Dr. Sri Rezeki, Hadinegoro, dr., SpA (K), turut berharap para lansia agar mau mendapatkan vaksin booster. Ia menyebut bahwa target vaksinasi booster untuk lansia di Indonesia masih rendah.
"Untuk lansia, ini penting sekali di-booster karena kita berhadapan dengan mutasi virus. Kita tahu bahwa Omicron sudah ada mutasi-mutasi yang baru," ujar Prof Sri.
Menurut dia, seiring berjalannya waktu, antibodi seseorang terhadap COVID-19 mulai menurun bila tidak mendapat booster. Maka, risiko terpapar mulai tinggi, khususnya bagi lansia.
"Kita bisa lihat bahwa antibodinya sudah mulai menurun, terutama prioritas pada risiko tinggi risiko yang lansia yang immunocompromise, artinya defisiensi imunisasinya rendah lalu komorbid yang tidak terkontrol. Ini penting sekali untuk diberikan booster," ujar dia.
ADVERTISEMENT
"Diharapkan dengan adanya booster, semua dapat memiliki antibodi yang tinggi untuk melawan mutasi-mutasi virus yang akhir akhir ini banyak terjadi di seluruh dunia," pungkasnya.