Prof Kuwat: GeNose Jangan Dibeli untuk Individu, Apalagi Dijual Mahal

5 Februari 2021 17:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para penumpang meniup kantong plastik untuk mengambil sampel udara yang akan diuji menggunakan GeNose di sebuah stasiun kereta api di Jakarta, Indonesia, Rabu (3/2). Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Para penumpang meniup kantong plastik untuk mengambil sampel udara yang akan diuji menggunakan GeNose di sebuah stasiun kereta api di Jakarta, Indonesia, Rabu (3/2). Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Hadirnya GeNose sebagai alat skrining virus corona diharapkan dapat membantu penanganan pandemi corona di Indonesia. Bahkan, sudah banyak rumah sakit yang tertarik membeli GeNose.
ADVERTISEMENT
Selain instansi kesehatan, rupanya ada masyarakat yang tertarik membeli GeNose untuk pemakaian pribadi. Ketua Peneliti GeNose Prof Kuwat Triyana menyarankan alat ini tidak boleh dibeli perorangan.
"Maka dari itu, kami tidak menyarankan alat ini dibeli perorangan. Sehingga cita-cita kita tidak tercapai. Kalau perorangan, kan, hanya dipakai sekali dua kali," kata Kuwat dalam Live Corona Update kumparan, Jumat (5/2).
Sejumlah penumpang memberikan kantong plastik berisi sampel udaranya untuk diuji menggunakan alat pendeteksi corona GeNose di sebuah stasiun kereta api di Jakarta, Indonesia, Rabu (3/2). Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
Kuwat juga mengingatkan jangan sampai GeNose ini dijual dengan harga yang mahal demi kepentingan pribadi. Jika harga jual GeNose mahal sampai Rp 90 juta, maka cita-cita dan tujuan hadirnya GeNose akan berbeda.
"Kita pengin yang melakukan testing yang banyak skrining, yang cepat, banyak massal sehingga orang OTG bisa diam diri dulu sampai sembuh sehingga tidak menularkan ke mana-mana. Kalau itu dimiliki pribadi, cita-cita itu tidak tercapai," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Kuwat mengaku masih belum mau memikirkan hukuman apa yang pantas diberikan kepada masyarakat yang membeli GeNose untuk kepentingan pribadi. Ia menyerahkan masalah tersebut ke pihak yang lebih berwenang.
"Peneliti itu pikirannya harus ke depan meneliti apa, meneliti apa. Urusan seperti itu biar ada yang mengurusi sendiri. Pikiran jadi enak," pungkasnya.