Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.87.1
Profil Louise Elisabeth, Wanita TNI Pengibar Bendera saat Penyerahan Irian Barat
9 Februari 2021 11:55 WIB
ADVERTISEMENT
Kolonel (Purn) Dra. Louise Elisabeth Coldenhoff mengembuskan napas terakhir di RSAL dr. Mintohardjo, Minggu (7/2). Beliau merupakan salah satu prajurit TNI perempuan yang dilantik sebagai perwira Korps Wanita Angkatan Laut (KOWAL) angkatan pertama, sekaligus pengibar Merah Putih di Holandia (Jayapura kini) pada upacara penyerahan Irian Barat dari UNTEA kepada RI pada tanggal 1 Mei 1963.
ADVERTISEMENT
Tak banyak informasi pribadi tentang kehidupan Elisabeth sebelum bergabung dengan militer.
(Pada Selasa (9/2) sore kami menerima email dari keluarga Louise Elisabeth. Informasi yang diberikan, almarhumah lahir pada 22 Maret 1935)
Elisabeth diketahui pernah mengenyam pendidikan di Universitas Padjadjaran dan lulus dengan gelar di pendidikan jasmani.
Setelah lulus, ia melihat informasi TNI AL membuka pendaftaran untuk pembentukan KOWAL. Ia kemudian memutuskan untuk mendaftar.
Dalam proses seleksi yang dilakukan di Malang, Elisabeth berhasil melewati semua tahapan. Ia dan 11 anggota lainnya dilantik sebagai perwira KOWAL angkatan pertama pada tanggal 5 Januari 1963 oleh KSAL Laksamana R.E. Martadinata. Setelah itu ia ditugaskan di Sekolah Pasokan Angkatan Laut Surabaya.
Jadi Pengibar Bendera saat Penyerahan Irian Barat
Tak lama kemudian, Elisabeth bersama perwira Korps lainnya dikirim ke Irian Barat. Mereka diterbangkan ke Merauke, Irian Barat. Di sana ia menjalani latihan untuk kemudian dikirim ke Hollandia (Jayapura) setelah dimulainya pelatihan. Ia mendapat perintah untuk mengibarkan bendera Indonesia , menyusul penyerahan kewenangan Irian Barat dari UNTEA ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
Saat itu Elisabeth ditunjuk sebagai cadangan, sedangkan Letnan An Go Lian Lie ditunjuk sebagai pengangkat utama bendera. Sebelum upacara pengibaran bendera, Elisabeth dan rekan-rekannya juga bertugas membersihkan lapangan upacara dari pecahan pecahan botol.
Tanggal 1 Mei 1963 sekitar pukul 00.00 WIT, Elisabeth diberi tahu oleh seorang kolonel dari TNI AD bahwa ia diminta Presiden Soekarno untuk menggantikan posisi Lie sebagai pengibar utama bendera.
Karier di TNI AL
Usai bertugas di Irian Barat, Elisabeth dikirim ke Amerika Serikat untuk belajar di WAVES. Di sana ia mengambil kursus bahasa Inggris dan manajemen. Setelah menyelesaikan studinya, ia kembali ke Indonesia, dan diangkat sebagai komandan pertama Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Laut.
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan kenegaraan Ratu Juliana ke Indonesia pada tahun 1971, Elisabeth diangkat sebagai ajudan Ratu.
Selama tahun 1970-an, Elisabeth diangkat sebagai kepala bagian personalia Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Tugas utamanya adalah mutasi pegawai di direktorat.
Setelah itu ia dilantik sebagai Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta oleh Gubernur Soeprapto pada tanggal 5 Februari 1983 menggantikan Kolonel Soesdaryono.
Selama masa jabatannya, ia menerapkan kurikulum lokal baru untuk siswa di Jakarta. Dia memberikan otonomi kepada sekolah untuk menerapkan mata pelajarannya sendiri dalam kurikulum lokal. Menyusul berlakunya kebijakan ini, sekolah pesisir di Jakarta menambahkan penangkapan ikan ke dalam kurikulum lokal. Masa jabatannya berakhir pada 10 Juli 1987.
Elisabeth pensiun dari TNI AL dengan pangkat kolonel. Di masa pensiunnya, ia sempat menjabat sebagai menjadi Ketua MPK (Dewan Pendidikan Katolik) cabang Jakarta.
ADVERTISEMENT