Profil Republik Rakyat Donetsk, Separatis Ukraina Timur yang Baru Diakui Putin

22 Februari 2022 14:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sebuah tank melaju di sepanjang jalan di kota Donetsk yang dikuasai separatis, Ukraina 22 Februari 2022.  Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko
zoom-in-whitePerbesar
Sebuah tank melaju di sepanjang jalan di kota Donetsk yang dikuasai separatis, Ukraina 22 Februari 2022. Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko
ADVERTISEMENT
Rusia kembali membawa berita yang menggemparkan masyarakat internasional. Pada Senin (21/2) malam, Presiden Vladimir Putin memutuskan untuk mengakui kemerdekaan dua wilayah separatis di Ukraina timur: Donetsk dan Luhansk.
ADVERTISEMENT
Para pemberontak pro-Rusia sebenarnya sudah lama mendeklarasikan kemerdekaan dari Ukraina, yaitu sejak 7 April 2014. Pelepasan itu menyusul pendudukan Semenanjung Krimea—wilayah Ukraina di selatan—oleh Rusia, yang dilakukan di tahun yang sama.
Dengan itu, para pemberontak mendeklarasikan Republik Rakyat Donetsk (RRD), atau Donetskaya Narodnaya Respublika (DNR) dalam bahasa Rusia.
Pemerintah Ukraina telah mengkategorikan gerakan separatis Republik Rakyat Donetsk sebagai kelompok teroris sejak 2014 silam.
Sejumlah warga menaiki bus yang diatur untuk mengevakuasi penduduk di kota Donetsk, Ukraina, Jumat (18/2). Foto: Alexander Ermochenko/Reuters

Referendum 2014

Dilaporkan BBC, kelompok separatis menyelenggarakan referendum di area Donetsk pada Mei 2014, satu bulan setelah menyatakan pemisahan diri.
Menurut pimpinan komisi pemilu separatis Donetsk, Roman Lyagin, hasil referendum menunjukkan 89% warga mendukung pemerintahan mandiri yang terlepas dari Ukraina; 10,19% menolak; dan 0,74% suara tidak sah.
ADVERTISEMENT
Referendum itu tentunya tidak dianggap sah oleh Pemerintah Ukraina. Dalam keterangannya, Kemlu Ukraina mengecam pemungutan suara itu dan menyebutnya "terinspirasi, diorganisir, dan didanai oleh Rusia."
"Rakyat Ukraina tidak mengakui referendum teroris apa pun di kawasan Donetsk dan Luhansk, dan juga di Krimea," tegas Kemlu Ukraina.
Selepas proklamasi kemerdekaan tersebut, tidak ada satu pun negara di dunia yang mengakuinya. Bahkan saat itu, Rusia tidak secara resmi mengakui kemerdekaan RRD.
Lokasi pasukan Rusia dan gerakan separatis Ukraina. Foto: Mapcreator/OSM via Reuters

Profil Wilayah Donetsk

Dikutip dari AFP, Donetsk merupakan kota utama di kawasan Donbass, wilayah Ukraina timur yang mencakup Oblast (provinsi) Donetsk dan Luhansk.
Istilah kawasan Donbass kini biasa digunakan untuk merujuk pada dua wilayah konflik di Ukraina timur tersebut. Donbass merupakan daerah cekungan bumi (basin), yang namanya merupakan gabungan dari Donets Basin.
ADVERTISEMENT
Donetsk, area berpenduduk sekitar 2 juta orang, dulunya bernama Stalino. Wilayah ini merupakan kawasan industri yang didominasi sektor pertambangan. Donetsk diketahui adalah salah satu sentra produksi besi baja utama se-Ukraina.
Wilayah ini berbatasan langsung dengan Rusia di sebelah timur dan Laut Hitam di bagian selatan. Area selatan Donetsk ini menjadi lokasi sumber daya batu bara yang sangat melimpah.
Dilansir VOA, mayoritas penduduk di Donetsk berbicara bahasa Rusia. Ini disebabkan oleh migrasi besar-besaran pekerja Rusia selama masa Perang Dunia II, di era Soviet.
Sebuah tank melaju di sepanjang jalan di kota Donetsk yang dikuasai separatis, Ukraina 22 Februari 2022. Foto: REUTERS/Alexander Ermochenko

Pimpinan Republik Rakyat Donetsk

Salah satu pimpinan gerakan separatis pro-Rusia Donetsk yang paling prominen adalah Alexander Zakharchenko. Ia menjadi Presiden merangkap Perdana Menteri RRD sejak November 2014.
Empat tahun menjadi “pentolan” RRD, Zakharchenko tewas akibat ledakan bom di sebuah kafe di pusat Kota Donetsk yang ia kunjungi. Ia meninggal dunia di usia 42 tahun, pada Agustus 2018.
ADVERTISEMENT
Kekuasaan gerakan separatis RRD pun berpindah ke tangan Denis Pushilin usai pemilu pada November 2018. Pushilin memenangkan pemilu dengan 61% suara. Tentu saja, baik pemilu maupun hasilnya sama sekali tidak diakui oleh Ukraina.
Seekor kucing menatap seorang tentara Ukraina yang sedang beristirahat di paris garis depan dengan separatis yang di dukung Rusia di desa Krasnogorivka, wilayah Donetsk, Ukraina, pada 10 Maret 2020. Foto: Anatolii STEPANOV / AFP

Dukungan Rusia di Donetsk

Sebelum 21 Februari 2022, Rusia tidak pernah mengakui secara resmi kemerdekaan Donetsk atas Ukraina.
Meski begitu, menurut laporan lembaga Freedom House, Donetsk sangat bergantung pada Rusia; baik dalam dukungan finansial maupun militer.
Tiga tahun setelah “proklamasi kemerdekaan” RRD, Presiden Putin memutuskan untuk mengakui dokumen registrasi sipil yang dikeluarkan oleh para pemberontak Ukraina itu.
Dalam surat perintah yang dirilis pada 2017, Rusia untuk sementara mengakui dokumen identitas, diploma, akta nikah dan kelahiran, serta pelat registrasi kendaraan yang dikeluarkan oleh Donetsk.
ADVERTISEMENT
Kebijakan ini, menurut Putin, akan berlaku hingga situasi di Donbass bisa terkendali, lewat Perjanjian Minsk.
Reuters melaporkan, langkah yang diambil Putin itu memungkinkan warga di Donetsk untuk bisa bepergian, bekerja, atau menempuh pendidikan di Rusia.

Jumlah Pasukan di Donetsk

Hingga saat ini, masih belum diketahui dengan pasti berapa jumlah tentara Donetsk yang bersiaga di wilayah separatis tersebut.
Namun, dikutip dari The Guardian, Pemerintah Ukraina mengeklaim ada 35.000 personel militer dan 481 tank tempur; 914 kendaraan tempur; 720 sistem artileri; dan 202 sistem peluncur roket di wilayah-wilayah Donbass yang tidak terkendali.
Kendati demikian, lembaga Rochan Consulting berpendapat angka-angka tersebut bisa jadi terlalu dilebih-lebihkan.
Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiri pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Moskow, Rusia, Senin (7/2/2022). Foto: Sputnik/Kremlin via REUTERS

Diakui Presiden Putin pada Februari 2022

ADVERTISEMENT
Pengakuan kemerdekaan oleh Putin ini tentu mengejutkan. Ini mengingat pada pekan lalu, Putin mengungkapkan ingin menyelesaikan konflik di Donbass secara diplomatik lewat Perjanjian Minsk.
ADVERTISEMENT
Mengutip CNN, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menegaskan pengakuan atas Donetsk dan Luhansk tidak dilakukan secara mendadak.
Langkah ini diambil Rusia untuk “melindungi dan menjaga” para penduduk di Donetsk dan juga Luhansk.
“Perlu diingat bahwa DPR (Donetsk) dan LPR (Luhansk) mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari Ukraina pada 2014. Namun kami baru mengakuinya sekarang, meskipun banyaknya dukungan tingkat tinggi bagi kami [Kremlin] oleh kedua republik maupun masyarakat Rusia dari awal,” beber Nebenzia pada Senin (21/2).
“Pada saat itu, Ukraina berbicara pada warga negara mereka sendiri di bagian timur dengan bahasa yang melibatkan meriam, tembakan, ancaman, dan tembakan lagi,” ujar dia.
Kendati demikian, The Guardian melaporkan, banyak warga Rusia yang sebenarnya tidak merasakan “kedekatan kuat” dengan warga di wilayah Donbass, termasuk Donetsk.
ADVERTISEMENT
Ini berbeda dengan kedekatan dan persamaan yang mereka rasakan dengan wilayah Krimea—lokasi yang disebut menyimpan sejarah budaya kental Rusia.
Dengan ini, Rusia menjadi satu-satunya negara anggota PBB yang secara sah mengakui kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk.
Sejumlah warga menaiki bus yang diatur untuk mengevakuasi penduduk di kota Donetsk, Ukraina, Jumat (18/2). Foto: Alexander Ermochenko/Reuters

Seperti Apa Situasi di Donetsk?

Beberapa hari sebelum pengakuan kemerdekaan oleh Putin, situasi Donetsk dilaporkan cukup mencekam.
The Guardian melaporkan, kemungkinan banyak warga Donbass yang hingga kini masih menolak revolusi Ukraina 2014 yang berujung pada pemisahan diri oleh separatis.
Tak hanya itu, laporan menyebut banyak warga miskin atau yang tidak mampu meninggalkan Donbass, ketika pertempuran antara separatis dan pasukan Ukraina terjadi.
Bagi jurnalis independen, berkunjung ke Donbass merupakan tantangan tersendiri. Ini disebabkan pembatasan ketat oleh pemerintah setempat dan sulitnya menjangkau kedua kawasan via Ukraina.
ADVERTISEMENT
Awal 2022 ini, seorang jurnalis Ukraina yang pulang kampung ke Donetsk menceritakan betapa berbedanya Donetsk, dibandingkan dengan kunjungannya yang terakhir pada Juli 2014 silam.
“Sekarang, saya merasa seperti seorang turis di sini; layaknya seorang pahlawan dalam kisah fantasi yang terbang ke masa lalu dengan menggunakan mesin waktu. Dan ketika saya kembali, saya sadar, segalanya sudah berubah sampai sulit dikenali lagi.”