Profil Tunggal Jati Nusantara, Kelompok Ritual yang Tewaskan 11 Orang Anggota

14 Februari 2022 16:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan prinsip Kelompok Ritual Tunggal Jati Nusantara di Jember. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tulisan prinsip Kelompok Ritual Tunggal Jati Nusantara di Jember. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kelompok ritual Tunggal Jati Nusantara mendadak jadi pembicaraan usai tragedi kematian 11 orang pengikutnya saat berendam di Pantai Payangan, Desa Sumberejo, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember, pada Minggu (13/2) dini hari.
ADVERTISEMENT
Pihak berwenang memastikan, kelompok tersebut sama sekali tidak pernah memberi tahu keberadaannya kepada Pemerintah Kabupaten Jember. Mereka ini keberadaannya baru diketahui setelah kejadian nahas yang menewaskan belasan orang anggotanya.
Kepala Bakesbangpol Jember Edy Budi Susilo mengungkapkan dari data 458 organisasi masyarakat yang ada di Jember, Tunggal Jati Nusantara tidak ada di dalamnya. Dengan demikian, organisasi itu tidak terdaftar.
"Tunggal Jati Nusantara tidak terdaftar, belum berizin pasti. Ini hanya sebuah padepokan yang tidak terlalu besar," kata dia, Senin (14/2).
Logo kelompok ritual Tunggal Jati Nusantara. Foto: Dok. Istimewa
Berdasarkan hasil penelusurannya, diketahui bahwa Tunggal Jati Nusantara berdiri sejak 2 bulan lalu. Inisiatornya adalah Nurhasan, lelaki 35 tahun asal Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi.
Nurhasan selaku pendiri menasbihkan diri sendiri sebagai guru spiritual sekaligus pimpinan kelompok ritual Tunggal Jati Nusantara.
ADVERTISEMENT
Sosok pria yang mengeklaim memiliki kemampuan spiritual itu ternyata dapat memikat banyak warga.
Hanya dalam tempo singkat, puluhan orang bergabung dan menjadi pengikut ajaran Tunggal Jati Nusantara. Nurhasan tidak mematok biaya tertentu kepada para anggotanya. Mereka yang ingin bergabung diberikan kebebasan membayar iuran padepokan seikhlasnya.
Evakuasi korban tenggelam saat menggelar ritual bernuansa klenik di pantai selatan Kabupaten Jember. Foto: Dok. Istimewa
"Anggota yang terdeteksi sekitar 35 orang, tapi yang aktif sekitar 25 orang. Kelompok ini mengadakan pertemuan rutin seminggu dia kali. Di sana ada baca Al Quran, wirid, kemudian ada yang pengobatan, dan ketenangan jiwa. (Aktivitasnya) terdeteksi setelah kecelakaan di laut," kata Edy.
Terungkap pula, Nurhasan lah yang berinisiatif mengajak para pengikutnya mengadakan ritual berendam dalam air laut di Pantai Payangan.
"Mereka sengaja datang ke sini untuk melakukan ritual pembersihan jiwa. Mereka dikoordinir dengan patungan uang Rp 10 ribu-an untuk biaya makan dan juga transportasinya," kata Edy.
ADVERTISEMENT
Mengenai rencana pembubaran, tampaknya dilematis. Sebab, Tunggal Jati Nusantara bukanlah organisasi resmi. Kemungkinan yang dilakukan pemerintah menerapkan pelarangan kegiatan pada hal-hal tertentu.
"Tentu saja mereka bukan organisasi resmi, saya tidak bisa membubarkan. Tapi, yang jelas kami mendeteksi kelompok semacam ini. Bolehlah orang di Pakem, ada aliran kepercayaan dan keagamaan. Mereka mungkin bagian dari aliran kepercayaan. Tetapi yang penting tetap menjaga. Bupati akan mengeluarkan surat edaran untuk larangan tempat berbahaya digunakan ritual semacam itu," kata Edy.
Ada pun Nurhasan kini sedang diperiksa pihak kepolisian. Polisi hendak mengusut dugaan tindak pidana akibat kematian 11 orang pengikut Tunggal Jati Nusantara.