Pundi-pundi Rupiah dari Rimba Rongsokan

5 Februari 2017 5:16 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Mall Rongsok (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mall Rongsok (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
"Terima kasih, selamat sampai tujuan, Semoga kembali lagi, Amin!"
ADVERTISEMENT
Ucapan itu terdengar di seantero rimbunan barang bekas di lantai satu Mall Rongsok Jumat (4/2) siang itu.
Jangan harap ada pendingin udara atau label harga seperti barang-barang di mall pada umumnya. Jangan harap pula ada lift untuk mengantar anda sampai ke lantai 3.
Di sini semua serba tak tertata. Rongsokan di mana-mana, mulai dari baut, pengeras suara, kloset bekas, mannequin, sampai mesin cuci lengkap tergeletak di dalam sini.
Suasana gelap menyeruak saat masuk lebih dalam. Istana Kerajaan kecil Nurcholis ini sudah puluhan tahun kokoh berdiri di atas kayu-kayu lapuk dan usang.
Pelanggannya datang dari sekitaran Kukusan Beji, Kota Depok, Jawa Barat. Ada pula yang dari Belanda, Jerman, dan yang paling terakhir turis asal Australia yang membeli kursi dan batu. Yang mereka cari pun bermacam macam rupa barang. Berangkat dari rasa penasaran membuat niat awal pembeli mencari televisi berbuah hasil hanya beberapa buah baut atau bahkan mesin fotokopi.
Mall Rongsok (Foto: Aditia Novianysah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mall Rongsok (Foto: Aditia Novianysah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dirinya lantas sibuk menghitung rupiah demi rupiah yang sudah tak muat dikantonginya itu setelah transaksi dengan pelanggannya . Nurcholis berhasil memperkerjakan 20 karyawannya di tiga Mall Rongsok miliknya di daerah Cinere, Ciputat dan di Jalan Bungur Raya, Kukusan Beji, Depok.
"Cukup ini mah dapet jajan ama makan sepiring," canda pemilik mal rongsokan itu.
Semua berawal dari niat Nurcholis beralih dari beragam profesi yang sudah digelutinya. Nurcholis 'banting setir' mengumpulkan barang-barang rongsokan ini sejak 2010 silam.
"Ya, udah 7 tahun lah udah jalan ini semua,” jelasnya. Nurcholis merasa, dirinya bisa melakukan banyak hal.
"Coba aja lu sebutin apa yang gua nggak bisa. Dari menjahit, benerin tv sampai nyetir kereta gua bisa, ahli semua. Cuma satu yang gua gabisa, nyetir pesawat," ujarnya disusul tawa.
ADVERTISEMENT
Mall Rongsok (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mall Rongsok (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Mall Rongsok (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mall Rongsok (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Merintis bisnis barang rongsokan ini pernah membuatnya merasakan dinginnya jeruji besi. Nurcholis dipenjara karena dituduh menjadi penadah barang curian pada 2007 silam. Banyak orang yang mengaku barangnya dicuri. Hal itulah yang membuat Nurcholis mendekam 5 hari di dalam penjara.
"Kalau di sini pembeli bukanlah raja, di sini beda. Yang raja itu penjualnya, saya nih, yang lagi duduk di sini," candanya sembari tegap duduk di kursi yang didapat hasil lelang milik Setya Novanto di kantor DPP Partai Golkar beberapa tahun silam.
Hambatan dan halangan Nurcholis rasakan ketika awal merintis bisnis ini. "Pernah ngutang sama bank keliling, udah 17 tempat gua utangin, saking nggak punya duitnya. Tiap hari bayarnya sampai 8 bulan. Hampir tiap sejam sekali, gila! Tapi akhirnya lunas," kenangnya.
ADVERTISEMENT
Mall Rongsok (Foto: Adiia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mall Rongsok (Foto: Adiia Noviansyah/kumparan)
Bukan Sekedar Rongsokan
Mall Rongsok milik Nurcholis buka setiap hari. Dari pukul 08.00 pagi hingga 17.00 WIB. Tak tanggung-tanggung, omzet per hari Nurcholis bisa mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta . Jika dikalkulasi, satu tahun dirinya berhasil mendapatkan pendapatan bersih sekitar Rp 100 juta sampai Rp 150 juta.
Nurcholis menumpuk barang-barang ini untuk mewujudkan mimpinya yang belum terlaksana, mentransfer segala ilmu yang pernah dipelajari dan dimilikinya kini kepada orang-orang yang dengan rendah hati datang berkunjung.
"Gimana caranya bikin kipas angin, mau bikin listrik sendiri dari barang-barang bekas, itu semua bakalan gua ajarin ke orang-orang,” tegasnya.
Kini Nurcholis sedang giat membangun Komunitas Rumah Tanpa Pintu, di mana segala aktifitas ternak ikan, tempat tinggal dan bercocok tanam bisa dilakukan dalam satu atap rumah.
ADVERTISEMENT
"Ini lagi gua bangun di daerah Kukusan. Butuh makan tinggal ngambil ikan di bawah, kalau perlu cabai, kita tinggal ke atas, nyari beras. Entar listrik nyusul, gua bikin sendiri dari barang-barang rongsok ini. Entar gua ngajarin ke orang-orang gimana cara bikin listrik sendiri," ujarnya dengan penuh percaya diri.