Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Ramai Kecewa Piala Dunia U-20 Batal Digelar di Indonesia: Jokowi hingga STY
31 Maret 2023 6:40 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Presiden Jokowi memberikan pernyataan usai FIFA mengumumkan Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia. Ia menyatakan menghormati keputusan FIFA .
ADVERTISEMENT
"Tadi malam saya telah mendapatkan laporan dari Ketua Umum PSSI bahwa FIFA telah memutuskan membatalkan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Tentunya kita harus menghormati keputusan tersebut," kata Jokowi dalam keterangannya, Kamis (30/3).
"Saya tahu keputusan ini membuat banyak masyarakat kecewa. Saya pun sama juga merasakan hal itu. Kecewa dan sedih," lanjutnya.
Namun, Jokowi mengajak masyarakat untuk tidak saling menyalahkan dan melihat ke depan.
"Jadikan hal ini sebagai pembelajaran berharga bagi kita semuanya, bagi persepakbolaan Indonesia," tuturnya.
Ganjar Kecewa
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku kecewa dengan dibatalkannya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Ya kecewa lah wong kita sudah siapkan sejak awal, kan tinggal beberapa catatan saja yang bisa kita lakukan," ujar Ganjar kepada wartawan di kantornya, Semarang, Kamis (30/3).
ADVERTISEMENT
Ganjar menjelaskan, dia telah berkomunikasi dengan kementerian dan PSSI sebelum pernyataan penolakan terhadap timnas Israel, itu keluar dari mulutnya. Saat itu, Ganjar menyampaikan mungkinkah adanya co-host.
"Kalau saya boleh sampaikan, ada di awal-awal yang saya berkomunikasi sebelum saya ber-statement kepada seluruh kementerian termasuk PSSI adalah peluang-peluang utama co-host. Sehingga relasi antara bangsa dan negara konstitusinya semuanya tertegak," jelas dia.
Iwan Bule Kecewa
Mantan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan atau dikenal Iwan Bule, mengaku kecewa atas dibatalkannya Indonesia selaku tuan rumah Piala Dunia U-20.
"Indonesia bisa ditunjuk jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 tidak gampang, itu kepercayaan yang luar biasa dari FIFA. Sekarang dibatalkan, tentu saya sangat kecewa," kata dia melalui pernyataan tertulis yang diterima pada Kamis (30/3).
ADVERTISEMENT
Terkait dengan polemik Israel, tanpa mengurangi dukungan pada Palestina, Iwan mengharapkan olahraga tak melulu dikaitkan dengan politik.
Sebab, menurut dia, olahraga terutama sepakbola adalah alat pemersatu bangsa. Apalagi, Indonesia dikenal memiliki jumlah pecinta sepakbola yang begitu tinggi.
"Tanpa mengurangi dukungan kita pada perjuangan Palestina, saya berharap olahraga jangan selalu dikaitkan dengan politik karena olahraga itu terutama sepakbola merupakan alat pemersatu bangsa," ucap dia.
Ayah Hokky Caraka: Kecewa, Sedih, Marah
Kecewa dan sedih dirasakan pula Ribut Budi Suryono, ayah dari juru gedor Timnas U-20 Hokky Caraka, yang beralamat di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul.
"Perasaan kami sangat kecewa, sedih, kalau boleh dibilang sangat marah, karena persiapan ini untuk menjadi salah satu pemain di dalam timnas U-20 ini membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang," kata Ribut kepada wartawan di Gunungkidul, Kamis (30/3).
ADVERTISEMENT
Untuk mencapai level Timnas U-20 butuh banyak pengorbanan mulai dari sekolah hingga jauh dari orang tua. Namun, salah satu mimpi untuk mengharumkan nama bangsa gugur sebelum waktunya.
Ribut sudah memiliki prasangka Indonesia akan gagal jadi tuan rumah ketika drawing dibatalkan. Sejak saat itu dia selalu rajin memantau media massa.
"Saya pantau media. Karena mau tidak mau saya harus motivasi anak saya. Menetralisir kekecewaan anak saya," cerita Ribut.
Ternyata apa yang dikhawatirkan Ribut benar terjadi. Gelaran Piala Dunia U-20 batal di Indonesia. Padahal menurut Ribut, secara pribadi Hokky ingin menunjukkan potensinya di panggung akbar dan dilirik klub-klub terbaik dunia.
Mau tak mau, atas kejadian ini, para Garuda Muda harus kembali menyusun mimpinya.
ADVERTISEMENT
Golkar: Pemda Inkonsisten, Kini Rugi Besar
Wakil Ketua Komisi X DPR Fraksi Golkar Hetifah Sjaifudian kecewa atas batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada Mei mendatang.
Ia menyesalkan inkonsistensi sikap sejumlah pemerintah daerah, termasuk Gubernur Bali I Wayan Koster, yang menolak kehadiran Timnas Israel dalam ajang olahraga internasional tersebut.
"Amat sangat menyesalkan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia FIFA U-20 tahun 2023. Akibat inkonsistensi sikap Pemda dan komunikasi publik dari PSSI maupun pemerintah yang kurang optimal, sepakbola Indonesia kini merugi besar," kata Hetifah kepada kumparan, Kamis (30/3).
Politikus Golkar itu menerangkan, anggaran Kemenpora yang diajukan ke DPR untuk keperluan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 mencapai Rp 350 miliar. Bahkan, sebagian sudah digunakan pada 2022 untuk berbagai keperluan.
ADVERTISEMENT
"Indonesia memenangkan bidding sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U20 Tahun 2021, di Rapat FIFA di Shanghai pada tahun 2019. Bersaing dengan Peru dan Brasil. Pada Pembahasan APBN 2021 dianggarkan anggaran untuk Tuan Rumah Piala Dunia U20 Tahun 2021 sebesar Rp 240 miliar. Namun karena event tersebut ditunda ke 2023 karena pandemi, maka anggaran tersebut dicabut dan dimasukkan kembali pada APBN 2023 sebesar Rp 350 miliar," jelasnya.
PKS: Kami Kecewa Keputusan FIFA
Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid, mengaku turut kecewa dengan keputusan FIFA yang diumumkan malam tadi itu.
"Saya juga kecewa dengan keputusan FIFA untuk mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dan dialihkan ke tempat lain," ucap Hidayat kepada kumparan, Kamis (30/3).
ADVERTISEMENT
Hidayat menjelaskan FIFA sudah tahu Indonesia negara berdaulat dengan konstitusi dan punya sejarah terkait sikap atas Israel. Indonesia sejak lama tegas menentang penjajahan Israel terhadap Palestina dan itu sudah ditunjukkan sejak lama oleh Presiden Soekarno.
Bung Karno melarang Timnas Indonesia bertanding melawan Israel pada Kualifikasi Piala Dunia 1958 dan tidak mengundang Timnas Israel pada Asian Games 1962. HNW juga mengingatkan Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel.
"Saya sangat menyesalkan keputusan FIFA yang sesungguhnya akibat dari FIFA sendiri standar ganda dan ternyata diskriminatif dan tidak adil," ujar Wakil Ketua MPR itu.