Ratusan Pelajar Australia Gelar Unjuk Rasa Perubahan Iklim

25 Maret 2022 20:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi demo di Australia. Foto: Cordelia Hsu/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi demo di Australia. Foto: Cordelia Hsu/REUTERS
ADVERTISEMENT
Ratusan siswa sekolah di Australia menggelar unjuk rasa di luar kediaman resmi Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada Jumat (25/3).
ADVERTISEMENT
Para demonstran muda itu berbaris di sepanjang jalanan di Sydney. Protes tersebut merupakan bagian dari gerakan dunia yang awalnya diluncurkan remaja asal Swedia, Greta Thunberg, pada 2018.
Aksi itu dilakukan untuk memulai 'pemogokan iklim global'. Para murid menuntut pemerintah untuk segera menghentikan pemanasan global.
Para siswa tersebut mengibarkan spanduk di luar Kirribilli House. Papan-papan bertuliskan 'Jangan bodoh' terlihat diacung-acungkan.
Spanduk lain bahkan menyebut 'Scotty coal 4eva' (batu bara Scott Morisson selamanya). Sindiran itu merujuk pada dukungan Morrison terhadap industri batu bara yang merupakan penyumbang utama emisi gas perangkap panas bumi.
Sebelumnya, Morrison telah berjanji untuk mendukung tambang batu bara selama industri itu layak disokong secara finansial.
Dukungan itu diberikan Morisson karena anggapan bahwa batu bara adalah sumber daya penting bagi perekonomian negara. Bagi Morrison, batu bara diperlukan untuk menyediakan pasokan listrik yang terjangkau.
ADVERTISEMENT
Keputusan tersebut lantas menuai kecaman dari para aktivis muda yang berfokus pada bidang lingkungan hidup.
"Kami marah pada pemerintah Morrison. Kami melihat bencana iklim (di Australia) setelah kebakaran hutan dan banjir," tegas seorang penyelenggara protes berusia 17 tahun, Natasha Abhayawickrama, seperti dikutip dari AFP.
Australia telah mengarungi salah satu rangkaian kebakaran hutan terburuk dalam catatan musim kebakaran hutan pada periode 2019--2020.
Negara Kanguru itu juga belum lama ini baru saja keluar dari bencana hujan dan banjir. Bencana tersebut menerjang Australia selama dua pekan, sehingga menewaskan lebih dari 20 orang.
Para demonstran menduga, industri batu bara turut berkontribusi pada peningkatan bencana alam tersebut.
"Kami tahu bahwa bahan bakar fosil telah memperburuk banjir dan bencana iklim ini," tambah Abhayawickrama.
ADVERTISEMENT
Abhayawickrama juga telah memberikan peringatan kepada para pejabat. Ia mengatakan, para pemilih muda akan memberikan suara untuk mendukung aksi iklim dalam pemilihan federal berikutnya. Pemilu tersebut diperkirakan akan digelar pada Mei mendatang.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada konferensi pers di Gedung Parlemen di Canberra, Selasa (23/3). Foto: AAP Image/Mick Tsikas
Merespon aksi protes yang ditujukan kepadanya, Morrison mengaku bahwa dirinya telah menganggapi isu perubahan iklim dengan serius.
Morisson justru menyinggung persoalan itu sebagai sebuah produk sampingan dari berbagai hal yang memang sudah terjadi sejak beberapa dekade lalu.
"Anda harus berurusan dengan dampak perubahan iklim yang sudah ada. Dampak dari peristiwa cuaca dan hal-hal ini adalah produk dari hal-hal yang telah terjadi selama beberapa dekade," kata Morrison kepada wartawan, seperti dikutip dari Reuters.
"Kita harus membangun ketahanan dan adaptasi kita," imbuh Morrison.
ADVERTISEMENT
Penulis: Sekar Ayu