Referendum Bougainville, Mayoritas Pilih Bercerai dari Papua Nugini

11 Desember 2019 12:21 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019.  Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019. Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
ADVERTISEMENT
Bakal ada negara baru di dunia. Namanya Bougainville, saat ini pulau kecil itu masih jadi bagian dari Papua Nugini.
ADVERTISEMENT
Sejak dua pekan lalu, warga pulau Bougainville menggelar referendum untuk memilih berpisah atau tetap bersama Papua Nugini.
Pada Rabu (11/12) komisi pemilihan umum menyatakan, mayoritas warga Bougainville memilih bercerai dari Papua Nugini.
Sebanyak 98 persen dari 181.067 suara masuk, mendukung kemerdekaan. Hanya segelintir yang memilih opsi otonomi khusus, demikian dilansir Reuters.
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019. Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
Polemik pemicu keinginan Bougainville merdeka telah lama berlangsung. Pulau Bougainville yang terletak di timur pulau utama Papua Nugini ditemukan oleh penjelajah Prancis Louis de Bougainville dua abad silam.
Berlokasi di gugusan Pulau Melanesia, kekuasaan di pulau Bougainville yang berpenduduk 234 ribu orang itu berulang kali diserahterimakan. Awalnya pulau itu dikuasai Jerman lalu diserahkan ke Australia, setelahnya diberikan ke Jepang.
ADVERTISEMENT
Setelah berkuasa, Negeri Sakura menyerahkan kedaulatannya di Bougainville kepada Amerika Serikat. Terakhir, AS menyerahkan Bougainville ke Papua Nugini.
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019. Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
Warga Bougainville telah lama merasa kebudayaannya lebih dekat ke Kepulauan Solomon dibanding Papua Nugini.
Pada 1988-1998 perang pecah antara pemberontak Bougainville melawan tentara Papua Nugini. Pemicunya adalah pendapatan di tambang tembaga dan emas di Paguna.
Warga sekitar merasa pemerintah pusat Papua Nugini mengeksploitasi pertambangan tersebut. Sebab, 40 persen ekspor Papua Nugini berasal dari tambang Paguna.
Sejumlah orang mengikuti pemilu dalam referendum kemerdekaan yang tidak mengikat di Komunitas Kunua, Bougainville, Papua Nugini 29 November 2019. Foto: Jeremy Miller/Bougainville Referendum Commission/Handout via REUTERS
Pemberontakan Bougainville meninggalkan luka mendalam. Sebanyak 20 ribu warga Bougainville tewas.
Setelah pemberontakan mereda pada 1998, kelompok pendukung kemerdekaan terus berjuang meminta referendum. Akhirnya pada 23 November sampai 7 Desember 2019 Bougainville mendapatkan hak untuk menentukan nasib sendiri lewat referendum.
ADVERTISEMENT