Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kisah perjuangan Nur Riska Fitri Aningsih mahasiswi Pendidikan Sejarah angkatan 2020 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) viral. Perempuan asal Purbalingga, Jawa Tengah itu, kini telah berpulang pada 9 Maret 2022 karena sakit.
ADVERTISEMENT
Rektor UNY Sumaryanto telah mencari informasi. Dia mengatakan Riska meninggal dunia saat cuti kuliah.
"Almarhumah ini kan cuti dua semester, belum tentu loh wafatnya karena mikir UKT karena dia posisi cuti kena hipertensi bahkan bayar yang di semester 2 itu dibantu oleh pimpinan, akademik," kata Sumaryanto melalui sambungan telepon, Jumat (13/1).
Uang UKT Riska tiap semester mencapai Rp 3,14 juta merupakan golongan 4 dan hanya turun sekitar Rp 600 ribu atau satu golongan saja saat semester 2. Soal informasi bahwa UKT hanya bisa turun satu golongan saja, Sumaryanto membantahnya.
Bahkan penurunan bisa sampai ke nominal UKT terendah yaitu Rp 500 ribu.
"Jadi mahasiwa mengajukan penurunan dengan bukti-bukti yang relevan untuk penurunan. Kita kaji. Nah atas kajian kita bisa turun satu grid atau dua grid. Atau kalau memang ditemukan data yang valid bisa sampai ke Rp 500 ribu per semester," katanya.
ADVERTISEMENT
"Kalau Rp 500 ribu saja masih keberatan bisa anak itu kita backup dengan dana dompet pendidikan atau bapak ibu asuh yang ada di UNY. Lha saya termasuk bapak asuh. Jadi kalau kesulitan di macem-macem, mahasiswa punya hak untuk mempertanyakan kembali kok kami hanya diturunkan sekian," jelasnya.
Menurut Sumaryanto, apabila mahasiswa masih keberatan dengan penurunan UKT, maka bisa menyampaikan keberatannya ke rektor. Nanti juga akan dicarikan beasiswa oleh kampus.
"Bisa kita tempatkan di asrama agar tidak bayar kos, bisa kita ambilkan dari dompet pendidikan yang dosen tendik UNY itu memberikan iuran sukarela, kalau sampai kesulitan Sumaryanto secara pribadi siap membantu garansinya," tegasnya.
Dia kembali menegaskan, bukan hanya mahasiswa uang tidak mampu, mahasiswa yang orang tuanya kecelakaan, kena bencana, atau di-PHK juga bisa mendapatkan penurunan UKT.
ADVERTISEMENT
"Insyaallah kalau memang betul-betul kesulitan seperti itu langsung membuat surat misalnya diturunkan satu grid setelah itu minta tambah ngajukan surat sudah bisa, jadi saya verifikasi langsung anak itu," katanya
"Bahkan kalau kesulitan, sudah buat surat keterangan, bisa jadi memang kami bebaskan," pungkasnya.
Rachmad Ganta Semendawai (24), teman Riska, membenarkan dirinya yang membuat utas kisah perjuangan Riska.
"Di semester awal (UKT) dia dibayari oleh gurunya. Semester kedua dia praktis hampir tidak bisa bayar lagi gitu, sudah penurunan akhirnya turun cuma tidak signifikan. Kemudian dia akhirnya teman-temennya patungan, dosen jurusannya patungan. Dan saya ikut terlibat juga patungan waktu itu," kata Ganta mengawali kisah Riska saat dihubungi awak media, Kamis (12/1).
Dalam kicauannya, Ganta menjelaskan bahwa Riska berasal dari sebuah desa di Purbalingga, Jawa Tengah. Riska hidup sederhana dengan orang tua berjualan sayur dengan gerobak di pinggir jalan dan memilik 4 orang anak.
ADVERTISEMENT
Awal mendaftar di UNY, Riska sudah mengisi pendapatan seusai ekonomi orang tua. Akan tetapi saat itu dia tidak punya laptop dan harus meminjam ponsel tetangga. Lalu, saat mengunggah berkas-berkas terjadi kegagalan karena ponsel yang digunakan kurang canggih.
Riska pun mendapatkan ketetapan UKT sebesar Rp 3,14 juta dari UNY. Riska sempat hampir gagal kuliah karena biaya UKT yang tinggi. Tetapi kemudian dia mendapat bantuan dari guru-gurunya.
"Sudah keterima tapi tidak bisa bayar tapi waktu itu dibayari guru-gurunya," katanya.
Ganta menjelaskan bahwa UKT terendah di UNY itu Rp 500 ribu. Namun, angka tersebut tidak didapat Riska yang notabene membutuhkan.
Sejumlah cara sudah dilakukan oleh Riska termasuk ke rektorat untuk mendapatkan penurunan UKT di semester 3. Memang UKT turun tetapi tidak signifikan, hanya sekitar Rp 600 Ribu. Riska juga bekerja paruh waktu demi membayar UKT-nya.
ADVERTISEMENT
Demi menghemat pengeluaran, Riska juga selalu jalan kaki dari indekosnya ke kampus yang berjarak 2,3 kilometer. Riska juga begitu senang ketika mendapatkan lauk makan abon atau mi instan dari temannya.
"R pernah bilang, bila akhirnya dia tak bisa melanjutkan kuliahnya. Ia ingin kerja agar dapat menguliahkan adiknya. Dia ingin mewujudkan mimpi adiknya.
Kata itu terucap saat lagi-lagi masa pembayaran UKT mendekati deadline. Ia nyaris kehilangan asa, karena tak bisa membayar UKT," jelas Ganta dalam kicauannya.