Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Revolusi Toilet, Ikhtiar Xi Jinping Perbaiki Mutu Kebersihan China
2 Januari 2018 14:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
ADVERTISEMENT
“Biarkan kelas penguasa terguncang dengan revolusi Komunistis,” suatu saat Karl Marx pernah berkata.
ADVERTISEMENT
Di Manifesto Komunis, ia melanjutkan bahwa revolusi Komunistis itu perlu menggantikan sistem kapitalistis yang opresif dan menggantikannya dengan komunisme yang dijalankan oleh dan untuk kaum proletar.
“Kaum proletar tidak akan kehilangan apapun. Mereka cuma punya dunia untuk dimenangkan!” ucap Marx.
China, tentu saja, adalah negara komunis. Namun begitu, tak berarti apa yang disabda oleh Marx selalu diamini oleh pemimpin China. Setidaknya, ini terjadi dalam perkara revolusi manakah yang seharusnya lebih dahulu diprioritaskan.
Presiden China, Xi Jinping, yang menjadi pelakunya. Ketimbang berupaya menggusur kapitalisme dunia dengan komunisme, fokusnya kini tersita pada soal kebersihan di negaranya.
Masalah kebersihan di China memang selalu menjadi sorotan internasional. Dalam riset kebersihan lingkungan negara dunia, China hanya menempati peringkat 121 dunia --hanya dua posisi di atas India.
ADVERTISEMENT
Perhatian terhadap kebersihan di China itu kembali muncul, ketika beredar video yang menunjukkan hotel bintang lima di China membersihkan gelas hotel dengan sikat WC.
Dan begitulah yang menjadi perhatian Xi Jinping. Bagi Presiden China itu, Revolusi Toilet jauh lebih penting ketimbang Revolusi Komunis yang digagas Si Empu Komunisme.
"Toilet bukan perkara kecil, ini adalah aspek penting dalam membangun kota dan perdesaan yang beradab," kata Xi, diberitakan Reuters yang mengutip dari media corong pemerintah China, Xinhua, Selasa (28/11/2017).
Xi Jinping, yang memimpin China sejak 2012, sering memeriksa keadaan sanitasi MCK rumah-rumah penduduk saat ia berkunjung ke daerah perdesaan.
Tak hanya sampai situ, dalam rapat internal Partai Komunis China di awal November 2017, ia mengatakan harapan masyarakat terhadap kualitas hidup yang lebih baik menjadi tantangan utama yang dihadapi pemerintahnya.
ADVERTISEMENT
“Pekerjaan ini harus menjadi bagian konkret dalam strategi revitalisasi China. Kita harus berusaha keras untuk memenuhi kekurangan (ketersediaan toilet) ini yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat banyak,” lanjutnya.
Lewat Revolusi Toilet itu, Jinping berencana membangun dan memperbaiki 64 ribu toilet umum di seantero China dalam kurun waktu 2018 dan 2020.
Sebetulnya, ini bukanlah kali pertama Xi Jinping menegaskan pentingnya Revolusi Toilet bagi negaranya.
Secara resmi, Jinping pertama kali meluncurkan Revolusi Toilet di tahun 2015. Saat itu, program tersebut ditujukan untuk membangun toilet dengan mutu yang lebih baik utamanya di tempat-tempat tujuan pariwisata.
Hasilnya, sejak 2015, Pemerintah China telah menghabiskan uang lebih dari 1 miliar yuan (senilai Rp 2 triliun) dari anggaran pemerintah pusat dan 20 miliar yuan (senilai Rp 40 triliun) untuk merenovasi toilet di negara mereka.
ADVERTISEMENT
Itu pun, setidaknya sampai akhir November 2017, baru 68 ribu toilet baru yang direnovasi. Angka tersebut terbilang kecil --hanya 19 persen dari target yang ingin dicapai.
Isu kebersihan toilet di China memang menjadi perkara yang sudah mendesak bagi pemerintah China. Seperti dikutip dari The Guardian, kotor dan baunya toilet-toilet di China menjadi momok yang amat menakutkan bagi wisatawan asing. Padahal, pendapatan China dari turis asing di 2016 mencapai USD 126 juta , atau senilai Rp 1,7 triliun.
Untuk menghadapinya, selain membangun dan merenovasi toilet, pemerintah China juga melakukan kampanye lain bagi para turis. Lewat departemen turismenya, Pemerintah China menerapkan sistem rating bagi toilet-toilet di China.
Tak hanya untuk hotel-hotel mewah, toilet-toilet di China juga akan diberi skema rating berbintang. Mutu toilet akan dinilai dari 58 indikator, dari ventilasi, ketersediaan tisu toilet, sampai ada tidaknya musik di dalam ruangan toilet. Intinya, semakin banyak bintang yang disematkan, semakin mewah toilet tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah juga sering melakukan program-program lain untuk mempromosikan kelayakan toilet di China.
Saat 19 November, yang dijadikan PBB sebagai Hari Toilet Sedunia, China melangkah lebih jauh. Otoritas China melakukan rebranding dan menyebut momen tersebut sebagai “Hari Toilet Sedunia dan Hari Revolusi Kepedulian Toilet China”.
Pun begitu dengan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Yunnan. Provinsi di selatan China yang berbatasan langsung dengan Myanmar, Laos, dan Vietnam itu menggelar kompetisi “Toilet Paling Menarik untuk Turis” pada Juli 2016.
Hasilnya, Lijiang Old Town, destinasi wisata yang toiletnya menggunakan mesin penghilang bau, bak sampah dengan sensor gerak, dan berparadigma bangunan hijau memenangkan kompetisi tersebut.
Masalahnya, perkara toilet di China tak hanya soal mutu bangunan dan ketersediaan. Memang, menurut data NHFPC, sampai 2016 masih ada 57 rumah di China yang belum memiliki toilet sendiri. Namun, bergerak lebih jauh dari ketersediaan infrastruktur, budaya dan perilaku masyarakat yang masih jorok dinilai bertanggung jawab lebih terhadap mengecewakannya kondisi toilet di China.
ADVERTISEMENT
Pendapat tersebut diutarakan oleh Bai Lin, manajer proyek World Toilet Organisation (WTO) di China, yang menyatakan bahwa mengubah budaya kebersihan adalah tantangan terberat China.
“Kami sudah biasa mengunjungi rumah-rumah di pelosok yang memiliki AC, mesin cuci, pemanas air bertenaga surya, sepeda motor, telepon genggam, TV layar lebar,” ucap Lin, dikutip dari CNN . “Namun, toilet mereka sangat sangat bau dan mereka tidak menyiram kotoran mereka sendiri.”
Hasil pengamatan LSM yang berpusat di Singapura tersebut juga menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat China akan pentingnya sanitasi juga masih rendah. Perilaku ini --sayangnya-- sudah dibentuk dari sekolah-sekolah mereka, yang lebih mementingkan kehadiran dekorasi kelas, keberadaan air terjun, hingga tonggak bangunan dari marmer ketimbang membangun toilet yang layak.
ADVERTISEMENT
Kondisi buruknya toilet di China itu sendiri juga disaksikan langsung oleh seorang user kumparan, Denny Armandhanu, yang November 2017 lalu berkunjung ke China. Dalam tulisannya , ia menjadi saksi sendiri bagaimana toilet umum di Beijing sangat kotor dan bau.
“Toilet umum di Beijing memang modern, berkeramik, dan rapih tertata. Tapi ketika masuk, bau pesing menyeruak dibarengi dengan bau tinja dan suara ‘rentetan tembakan’ di dalam bilik,” tulisnya.
Denny juga sempat bertanya kepada beberapa warga di sana, mengapa banyak orang tidak mem-flush toilet setelah mereka buang hajat.
Beberapa menjawab, orang berpikir bahwa toilet-toilet itu otomatis menyiram hajat seseorang, malas, atau bahkan mengira perkara mem-flush toilet bukanlah urusan mereka. Yang jelas, toilet-toilet bagus tak sama dengan toilet bersih dan nyaman untuk dipergunakan.
ADVERTISEMENT
“Dalam banyak kasus, uang tidaklah menjadi masalah. Masalahnya adalah pola pikir masyarakat,” ucap Bai Lin.
===============
Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline !