Ridwan Kamil Desak Arteria Minta Maaf: Menyinggung Warga Sunda di Nusantara

18 Januari 2022 23:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) didampingi Pastor Leo van Beurden OSC (kanan) menyapa jemaat yang akan melaksanakan Misa Malam Natal 2021 di Gereja Katolik Katedral St. Petrus Bandung, Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/12/2021). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (tengah) didampingi Pastor Leo van Beurden OSC (kanan) menyapa jemaat yang akan melaksanakan Misa Malam Natal 2021 di Gereja Katolik Katedral St. Petrus Bandung, Bandung, Jawa Barat, Jumat (24/12/2021). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendesak politikus PDIP Arteria Dahlan segera minta maaf. Hal ini terkait pernyataan Arteria yang meminta Jaksa Agung mencopot Kajati yang berbahasa Sunda saat rapat resmi.
ADVERTISEMENT
Menurut Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, tindakan itu menyinggung warga Sunda di seluruh Indonesia.
"Kalau tidak nyaman tinggal disampaikan sebenarnya itu, tapi kalau bentuknya meminta untuk memberhentikan jabatan menurut saya terlalu berlebihan, tidak ada dasar hukum yang jelas, dan nanti ini menyinggung warga sunda di mana-mana," kata Emil di Bali, Selasa (18/1).
"Jadi saya mengimbau Pak Arteria Dahlan sebaiknya meminta maaf pada masyarakat sunda di nusantara ini. Kalau tidak dilakukan pasti bereskalasi. Karena pada dasarnya orang Sunda itu pemaaf ya. Jadi, saya berharap itu dilakukan," tambah dia.
Emil menilai hal yang wajar menggunakan bahasa daerah dalam sebuah rapat. Menurutnya, pengunaan bahasa Sunda dalam rapat kerja sama tersebut berlangsung saat membuka dan menutup pidato.
ADVERTISEMENT
"Saya sudah cek di mana-mana media dapat membuktikan, saya kira tidak ada kan? Di rapat yang sifatnya formal sampai A-Z bahasa Sunda, yang ada itu ucapan selamat, pembuka pidato atau penutup atau di tengah-tengah ada celetukan-celetukan yang saya kira wajar-wajar saja," kata Emil.
"Makanya harus ditanya mana buktinya. Bayangan saya kelihatannya tidak seperti yang disampaikan. Seperti di sini (Bali) saya akhiri (pidato) dengan matur suksma. Saya ke Yogya kemarin bilang matur nuhun Pak Sultan," ttambah Emil.
Emil menyatakan mendukung penggunaan bahasa daerah dalam rapat. Hal ini untuk mewakili keberagaman di Indonesia.
"Itu kan malah keren menurut saya, kekayaan keberagaman makanya Pancasila, Bhineka Tunggal Ika itu mewakili semangat itu. Jadi kalau ada yang agak rasis seperti itu menurut saya harus diingatkan," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Ada yang melihat perbedaan sumber kebencian. Kan statemen dari Pak Arteria Dahlan terkait masalah bahasa yang sudah ada ratusan tahun, ribuan tahun menjadi kekayaan nusantara ini," sambung Emil.