Riset di Inggris: Varian Alpha dan Beta Lebih Mematikan Dibanding Delta

27 Juni 2021 10:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penampakan varian Corona B117 dari mikroskop elektron. Foto: NIAID
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan varian Corona B117 dari mikroskop elektron. Foto: NIAID
ADVERTISEMENT
Varian corona Delta kini telah menyebar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Fakta ilmiah sejauh ini membuktikan bahwa varian Delta, 2,61 kali lebih bisa membuat orang yang terpapar dirawat di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Namun, isu juga berembus bahwa varian ini lebih mematikan dari varian lainnya. Seperti B117 atau Alpha (Inggris) dan B1532 atau Beta (Afrika Selatan).
Benarkah demikian?
Kandidat PhD di bidang kedokteran Kobe University dr. Adam Prabata, mengungkapkan hasil riset di Inggris terkait ini. Ternyata isu tersebut belum terbukti.
Dari data yang ditampilkan, berdasarkan whole genome sequencing di Inggris, tingkat kematian varian Alpha dan Beta lebih tinggi dibanding varian Delta. Hasil WGS di Inggris ini bisa jadi acuan dunia karena jumlah genome yang diteliti sudah sangat banyak.
Perbandingan fatalitas dan ragam varian Corona di dunia. Foto: Dok. Istimewa
Dari data di atas, tingkat fatalitas varian delta di angka 0,1 persen. Jauh di bawah varian Beta di angka 1,4 persen dan Alpha, 1,9 persen.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, varian yang paling mematikan di Inggris adalah varian Eta. Dengan tingkat fatalitas mencapai 2,7 persen.
Varian Eta atau B.1525 adalah varian yang baru-baru ini diidentifikasi di Inggris. Para ilmuwan mengawasi varian virus corona Eta ini karena memiliki beberapa mutasi pada gen protein lonjakan. Mutasi tersebut termasuk adanya E484 K.
"Rasio kematian akibat varian Delta sejauh ini ternyata LEBIH RENDAH dibanding varian lainnya yang kasusnya banyak (Alpha dan Beta). Delta: 0,3%, Alpha: 1,9%, Beta: 1,5% (setelah 28 hari penelitian)
"Jadi JANGAN asal klaim dulu kalau varian Delta ini LEBIH MEMATIKAN yaa," tegas dia.