Riset Terbaru, Risiko Pembekuan Darah akibat Vaksin AstraZeneca Sangat Kecil

23 Februari 2022 18:10 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Vaksin COVID-19 Astrazeneca. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vaksin COVID-19 Astrazeneca. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pada awal tahun 2021, muncul kasus pembekuan darah yang langka di Eropa saat peluncuran vaksin AstraZeneca-Oxford. Hal ini membuat para ilmuwan tergugah untuk mengulik lebih lanjut terkait dampak dari kasus pembekuan darah.
ADVERTISEMENT
Sebuah penelitian besar yang didasari oleh kasus pembekuan darah langka terkait dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca (AZN.L) menyatakan bahwa, hanya terdapat satu sampai tiga kasus per satu juta. Dan hanya setelah dosis pertama yang mampu menjelaskan efek samping dari suntikan.
Para peneliti menganalisis hubungan antara vaksin COVID-19 dan pembekuan darah langka di otak, arteri atau vena yang terkadang disertai dengan trombosit rendah. Kejadian tersebut menjadi penyebab banyaknya negara yang menghentikan penggunaan suntikan AstraZeneca tahun lalu.
William Whiteley dari Universitas Edinburgh dan Pusat Ilmu Data BHF Inggris, menerbitkan sebuah penelitian dalam Jurnal PLOS Medicine pada hari Selasa (22/2). Hasil penelitian membuktikan bahwa tidak ditemukan risiko kejadian trombotik arteri dan vena utama pada mereka yang berusia 70 tahun atau lebih dengan salah satu vaksin.
ADVERTISEMENT
Hasil penelitian tersebut berasal dari catatan kesehatan 46 juta orang dewasa di Inggris, terhitung sejak Desember 2020 hingga Maret 2021. Hal tersebut dilakukan untuk menilai risiko pembekuan darah pada bulan setelah vaksinasi dengan vaksin Pfizer-BioNTech atau AstraZeneca-Oxford, dan dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi.
Untuk saat ini, risiko trombosis vena intrakranial (ICVT) setelah vaksin AstraZeneca-Oxford hampir dua kali lipat pada mereka yang berusia di bawah 70 tahun. Hal ini sama dengan hanya satu sampai tiga kasus per satu juta.
Ilustrasi vaksin corona AstraZeneca. Foto: Yves Herman/REUTERS
Sebelumnya, terdapat sebuah penelitian yang dipimpin dan didanai oleh AstraZeneca untuk membuktikan bahwa vaksinnya membawa risiko tambahan kecil trombosis dengan sindrom trombositopenia setelah dosis pertama tetapi tidak ada setelah menerima dosis kedua.
ADVERTISEMENT
Pada Februari 2022, suntikan AstraZeneca-Oxford's ChAdOx1 nCoV-19 kemudian dijual dengan merek Vaxzevria dan Covishield dengan lebih dari 2,6 miliar dosis yang dipasok secara global. Dan menjadi senjata utama melawan pandemi di beberapa negara berpenghasilan menengah.
Dikutip dari Reuters, Rabu (23/2), sebuah studi kedua di Inggris yang juga diterbitkan pada hari Selasa (22/2) menemukan bahwa risiko trombosis sinus vena serebral (CVST) dalam empat minggu setelah menerima suntikan AstraZeneca-Oxford, diperkirakan dua kali lebih tinggi dari sebelum vaksinasi. Tetapi hal tersebut masih menyiratkan hanya satu dari empat juta orang dapat merasakan efek samping tersebut.
Penelitian ini menggunakan data lebih dari 11 juta orang di Inggris, Skotlandia dan Wales, dan berlangsung hampir tujuh bulan yaitu mulai Desember 2020 hingga Juni 2021.
ADVERTISEMENT
Reporter: Devi Pattricia