Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Satu Lagi Penghargaan untuk Aung San Suu Kyi Akan Dicabut
23 Agustus 2018 10:38 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
Kota Edinburgh di Skotlandia akan mencabut penghargaan untuk Aung San Suu Kyi karena dianggap tidak menghentikan pembantaian Rohingya di Myanmar. Ini akan menambah panjang pencabutan penghargaan HAM untuk pemimpin Myanmar tersebut.
ADVERTISEMENT
Diberitakan The Guardian, Rabu (22/8), penghargaan Suu Kyi yang akan dicabut adalah Freedom of Edinburgh Award yang diberikan pada 2005 ketika dia di bawah tahanan rumah ketika rezim junta berkuasa di Myanmar. Ketika itu, pemimpin Edinburgh menyamakan perjuangan Suu Kyi menyuarakan demokrasi dan HAM mirip Nelson Mandela.
Namun ketika partainya memimpin Myanmar usai menang pemilu demokrasi 2015, Suu Kyi dianggap tidak memedulikan penderitaan Rohingya. Sejak Agustus tahun lalu, 700 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh karena desa-desa mereka Rakhine dibakar, mereka dibantai dan diperkosa.
Edinburg akan mengikuti jejak kota-kota lain di Inggris, seperti Oxford, Glasgow, dan Newcastle yang sebelumnya telah mencabut penghargaan untuk Suu Kyi. Total ada tujuh penghargaan HAM Suu Kyi yang dicabut, salah satu yang paling bergengsi adalah Elie Weisel Award dari museum Holocaust di AS.
ADVERTISEMENT
Frank Ross, pemimpin kota Edinburgh telah menyurati Suu Kyi pada November tahun lalu menyerukan perempuan 73 tahun itu menggunakan "pengaruhnya dan moralnya" untuk menghentikan kekerasan terhadap Rohingya .
Tidak ada balasan dari Suu Kyi. Ross lantas pada Kamis pekan ini akan mengajukan mosi untuk mencabut penghargaan Edinburgh untuk Suu Kyi secepatnya.
Menurut The Guardian, ini adalah kali kedua dalam 200 tahun Edinburgh mencabut penghargaan yang telah diberikan. Sebelumnya pada 1890, Edinburgh mencabut penghargaan Charles Parnell pada 1890 setelah politisi nasionalis itu terlibat skandal perselingkuhan.
Sementara itu Suu Kyi bergeming, seakan tidak peduli penghargaan-penghargaan untuknya dicabut. Pada pidato di Singapura pada Selasa lalu, Suu Kyi tetap tidak mengecam kekerasan pada Rohingya, bahkan menolak menyebut kata "Rohingya ".
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Al-Jazeera, Suu Kyi membantah pembantaian oleh tentara Myanmar dan mempertahankan kebijakannya terhadap Rohingya. Suu Kyi menafikan pembantaian Rohingya yang disebut sebagai genosida tersebut.
"Kami, yang menjalani transisi di Myanmar, memandangnya berbeda dibanding pengamatan orang luar dan tidak terpengaruh para hasil (pengamatan itu)," kata Suu Kyi.