SBY Bicara soal Corona hingga Hubungan AS dan China di UNSW ASEAN Conference

12 Oktober 2020 6:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono saat groundbreaking Museum dan Galeri Seni SBY-ANI di Pacitan. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono saat groundbreaking Museum dan Galeri Seni SBY-ANI di Pacitan. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi pembicara dalam UNSW ASEAN Conference (UAC) pada Minggu (11/10).
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya, Mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu menyinggung sejumlah masalah yang saat ini sedang dihadapi dunia salah satunya pandemi COVID-19.
SBY menuturkan, virus corona cukup berbahaya karena dapat berpindah dari satu negara ke negara lain dengan cukup mudah.
"Ingatlah bahwa COVID-19 tidak membutuhkan paspor atau visa untuk dapat bepergian melintasi perbatasan," kata SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
SBY menegaskan saat ini sangat penting kolaborasi antarnegara dalam upaya memerangi pandemi corona karena virus corona sudah menjangkit ratusan negara di dunia.
Kerja sama regional hingga internasional, dinilai dapat menjadi salah satu cara bagi negara tak terkecuali Indonesia untuk lepas dari belenggu permasalahan yang diakibatkan COVID-19.
"Menyadari akan semua masalah dan tantangan ini, saya sangat yakin bahwa solusinya bisa dengan mudah ditemukan melalui kemitraan dan kerja sama, baik secara regional maupun global," ucap SBY.
Ilustrasi vaksin corona dari Sinovac. Foto: Tingshu Wang/REUTERS

SBY Menilai Vaksin saat Ini Sangat Dibutuhkan dan Proses Distribusinya Harus Merata

SBY juga menyinggung soal vaksin corona yang saat ini masih terus dikembangkan oleh sejumlah perusahaan di dunia.
ADVERTISEMENT
SBY menilai, keberadaan dan proses distribusi vaksin wajib dipenuhi oleh seluruh negara saat ini.
"Akan jadi bencana jika ada negara yang tidak bisa memproduksi dan mendistribusikan vaksin kepada rakyatnya karena kekurangan dana," kata SBY.
"Ini akan memastikan bahwa produksi dan distribusi vaksin lebih akurat, tepat sasaran dan hanya akan berbahaya jika ada negara yang tidak dapat mengakses vaksin tersebut," tambah dia.

SBY: Dunia Belum Berbuat Banyak dan Terlambat Perangi COVID-19

Hingga saat ini, pandemi COVID-19 masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Penularan di berbagai negara masih terus terjadi.
Bahkan pada Kamis (8/10), WHO mencatat ada penambahan 338.779 kasus positif dalam 24 jam. Jumlah itu menjadi rekor penambahan kasus harian tertinggi di dunia.
ADVERTISEMENT
SBY mengaku dunia masih belum berbuat banyak dalam menghadapi COVID-19. Bahkan terkesan lambat.
"Kita semua tahu ini, tapi yang ingin saya sampaikan adalah, bagaimana seharusnya regional dan internasional menangani krisis besar ini? Dalam pengamatan saya, dunia belum berbuat banyak dan sangat terlambat di awal-awal memerangi pandemi," ucap SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
SBY menerangkan, dalam memerangi pandemi COVID-19, tidak cukup hanya dengan menyatukan seluruh negara. Setiap negara harus fokus menangani penyebaran virus ini di negaranya masing-masing.
"Setiap negara juga kewalahan menangani urusan di dalam negerinya. Memerangi virus dipandang sebagai persaingan oleh banyak negara. Bahkan, banyak negara mengabaikan kemitraan dan kerja sama," kata SBY.
SBY kemudian mengutip sebuah pepatah, 'jika kamu ingin pergi cepat, pergi sendiri, tapi jika ingin pergi jauh, pergilah bersama-sama' Dalam masalah ini, pepatah tersebut bisa digunakan untuk menangani pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Saya bukan seorang pesimistis, saya percaya bahwa umat manusia akan menang. Tapi yang mendesak saat ini, tantangan tersebut tidak bisa diselesaikan hanya dengan membangun tembok. Kita juga harus membangun jembatan. Negara harus menjadi soliter," tutur SBY.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan pidato kontemplasi di Pendopo Puri Cikeas, Bogor, Senin (9/9). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

SBY Khawatirkan Hubungan AS dan China yang Memburuk

Terakhir, dalam paparannya SBY menyoroti hubungan Amerika Serikat dan China yang terus memburuk. Dalam beberapa tahun terakhir, perang dagang kedua negara itu semakin memanas.
"Yang mengkhawatirkan saya sekarang adalah hubungan Amerika Serikat dan China yang memburuk dalam beberapa tahun terakhir. Perang ekonomi dan dagang antara kedua negara terus meningkat," ujar SBY.
SBY mengaku khawatir China dan Amerika Serikat telah membangun kekuatan angkatan laut mereka di Laut China Selatan. Langkah itu membahayakan stabilitas dan perdamaian yang sudah tercipta di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, SBY mengingatkan negara-negara ASEAN agar jangan mengambil bagian dalam konflik AS dan China.
"ASEAN akan lebih stabil jika keseimbangan tetap terjadi di kawasan ini," tutup SBY.