SBY: Politik Bebas Aktif Tidak Diam, tapi Juga Berani Mengemukakan Pendapat

13 April 2025 20:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan penutupan dalam panel diskusi The Yudhoyono Institute di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (13/4/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan penutupan dalam panel diskusi The Yudhoyono Institute di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Minggu (13/4/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berbicara tentang politik bebas aktif Indonesia. Baginya, politik bebas aktif bukan hanya diam, tetapi aktif dalam memberikan pendapat atas solusi dari berbagai masalah yang terjadi di dunia internasional.
ADVERTISEMENT
Melalui panel diskusi yang digelar Yudhoyono Institute pada hari ini, Minggu (13/4), SBY berharap dapat melahirkan perspektif baru serta kepedulian atas isu-isu di kancah internasional. Panel diskusi kali ini membahas tentang dinamika dan perkembangan geopolitik, keamanan, dan ekonomi global.
“Kita dari mimbar ini, dari bumi Indonesia [ini] harus juga ikut bicara. Jangan diam, politik bebas aktif tidak berarti diam, tidak berarti tidak berpendapat. Tentu kita harus bisa dengan penuh tanggung jawab, dengan tujuan yang baik, ikut menyampaikan pikiran-pikiran kita. Forum seperti ini adalah cikal bakal, atau embrio dari kepedulian kita terhadap permasalahan dunia,” tutur SBY dalam penutupan panel discussion The Yudhoyono Institute, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Minggu (14/3).
ADVERTISEMENT
Meskipun adanya keterbatasan kemampuan, SBY mengatakan, berbagai pendapat yang dikemukakan dalam panel diskusi kali ini bisa saja menyelamatkan perekonomian dunia yang sedang memanas karena perang tarif impor.
Sebelumnya, Amerika Serikat menerapkan kebijakan tarif impor baru sebesar 10 persen melalui Presiden AS Donald Trump. Indonesia sendiri dikenakan tarif sebesar 32 persen termasuk biaya tambahan atau resiprokal.
“Mengapa tidak? Kalau kita menjadi bagian dari solusi, say something, do something once again, agar ini tidak semakin menjadi-jadi. Paham, kita juga memiliki batas kemampuan, tapi kenapa tidak mencoba untuk apa yang bisa kita lakukan menyelamatkan perekonomian dunia yang dipicu dari perang tarif dan perang dagang sekarang ini,” ungkap SBY.
Selain masalah global, SBY menilai, Indonesia juga masih memiliki pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan, seperti mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan yang masih terjadi.
ADVERTISEMENT
“Kemudian kita juga punya pekerjaan rumah, mengurangi kemiskinan sejagat, dan juga ketimpangan sedunia. Itu juga global agenda yang sangat penting, karena diinginkan oleh semua bangsa di dunia,” tutupnya.