Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Seberapa Besar Potensi Industri Kreatif Indonesia Dapat Mendunia seperti K-Wave?
25 Desember 2024 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Gelombang budaya Korea Selatan , atau K-Wave, telah menjadi fenomena global yang tak terhindarkan.
ADVERTISEMENT
Dari musik K-Pop hingga drama Korea, dominasi budaya pop Korea Selatan terus menembus batas negara, termasuk Indonesia.
Namun, di balik popularitas itu, muncul pertanyaan: Apakah Indonesia, dengan kekayaan budayanya, mampu menciptakan I-Wave yang juga mendunia?
Dalam lokakarya Indonesia-Korea Journalist Network (IKJN) yang digelar oleh FPCI dan Korea Foundation di Jakarta, Kandidat PhD dari Harvard University Gangsim Eom, mengungkap peran penting Indonesia dalam mendukung kesuksesan global K-Wave.
“Indonesia adalah salah satu kekuatan utama di balik kesuksesan K-Wave,” ujarnya.
Data Spotify 2023 menunjukkan Indonesia menempati peringkat ketiga untuk jumlah streaming artis K-Pop di dunia, hanya di bawah Jepang dan Amerika Serikat.
Empat kota di Indonesia bahkan masuk dalam 17 besar pendengar terbanyak secara global. Jejak K-Wave di Indonesia dimulai pada 2009 melalui konser tur Asia Rain di Jakarta, dan terus menguat dengan konser SMTOWN pada 2012.
ADVERTISEMENT
Namun, hubungan budaya ini bukan hanya tentang konsumsi. Eom menyoroti bagaimana K-Wave telah digunakan dalam diplomasi budaya dan politik di Indonesia.
Dari kampanye politik yang menggunakan elemen budaya Korea hingga kolaborasi figur publik seperti Choi Si-won dari Super Junior, pengaruh Korsel semakin terasa di berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Peluang dan Tantangan I-Wave
Meski K-Wave menginspirasi, Indonesia juga mulai menapaki jalannya sendiri dengan I-Wave.
Sejak 2019, budaya Indonesia semakin diperkenalkan di Korea Selatan melalui festival budaya, pertunjukan seni, hingga kuliner.
Tayangan Korea seperti Myunsikdang yang mengeksplorasi masakan Indonesia menunjukkan adanya ruang bagi budaya Indonesia untuk dikenal lebih luas di negeri ginseng.
Dari data industri kreatif dalam negeri, Deputi Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenparekraf, Muhammad Neil El Himam, mengatakan subsektor kuliner, fesyen, dan gim memiliki potensi besar untuk bersaing di pasar global.
ADVERTISEMENT
“Namun, pendekatan strategis diperlukan agar produk Indonesia bisa diterima langsung oleh masyarakat Korea, bukan hanya melalui influencer,” ujarnya.
Menurut Eom, kekayaan budaya Indonesia adalah aset besar, tetapi keberhasilan K-Wave tak lepas dari dukungan kuat pemerintah Korsel itu sendiri.
“Dukungan pendanaan dan kebebasan berekspresi menjadi kunci penting dalam mendukung inovasi kreatif,” katanya.
Sinergi Dua Gelombang
Pemerintah Indonesia melalui Asta Cita pemerintahan Prabowo-Gibran telah menunjukkan komitmen kuat dalam memajukan ekonomi kreatif, termasuk dengan target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.
Dengan 17 subsektor ekonomi kreatif mulai dari film, musik, fesyen, hingga aplikasi digital, Indonesia memiliki peluang besar untuk memanfaatkan budaya lokal sebagai modal utama.
Dukungan kebijakan, peningkatan infrastruktur, dan penguatan jejaring internasional adalah langkah penting.
Festival budaya, seperti JAFF Market di Yogyakarta, yang dihadiri puluhan peserta internasional, menunjukkan bahwa budaya Indonesia bisa menjadi daya tarik global.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana K-Wave yang telah menjelma menjadi simbol soft-power Korsel, I-Wave memiliki potensi serupa.
Dengan kolaborasi strategis dan pendekatan lintas budaya, hubungan Indonesia-Korsel dapat terus tumbuh, tidak hanya sebagai mitra budaya tetapi juga sebagai motor penggerak diplomasi dan ekonomi kreatif.
“Kepercayaan itu tidak diberikan, melainkan diperoleh,” tutup Eom, mengingatkan bahwa kerja keras dan strategi adalah kunci bagi Indonesia untuk menciptakan gelombang budaya yang mendunia.