Sederet Kecelakaan Alutsista di Indonesia: Pesawat Bonanza-KRI Nanggala

8 September 2022 13:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pusat Penerbangan TNI AL, melakukan latihan tempur dengan pesawat Bonanza G-36 melintasi KRI Semarang di Perairan Teluk Jakarta, Selasa (21/7). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pusat Penerbangan TNI AL, melakukan latihan tempur dengan pesawat Bonanza G-36 melintasi KRI Semarang di Perairan Teluk Jakarta, Selasa (21/7). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Dunia militer Indonesia kembali dinaungi awan mendung setelah Pesawat jenis G-36 Bonanza dengan nomor registrasi T-2503 milik TNI AL jatuh di Perairan Laut Selat Madura, Rabu (7/9).
ADVERTISEMENT
Pesawat itu diawaki dua orang, yaitu pilot Lettu Laut (P) Judistira Eka Permady dan co pilot Letda Laut (P) Dendy Kresna Bhakti.
Pesawat yang melaksanakan pemeliharaan pada 22 Agustus 2022 itu mengalami kecelakaan saat mengikuti latihan ADEX SIAGA ARMADA II. Sebelum akhirnya dinyatakan jatuh, pesawat lebih dulu hilang kontak.
Mulanya, Pesawat latih milik TNI AL Bonanza G-36 T-2503 itu take off dari Bandara Juanda dengan rute Sub-(Armada) Loc Area-Sub sekitar pukul 08.45 WIB. Namun sekitar pukul 08.55 WIB, Pesawat mengalami lost contact di perairan Selat Madura.
Dari proses pencarian oleh tim, pesawat pun berhasil ditemukan. Pesawat diketahui berada di kedalaman 15 meter dan akan segera diangkat ke permukaan oleh tim.
ADVERTISEMENT
Untuk membantu proses evakuasi, setidaknya ada 7 kapal KRI yang diterjunkan untuk membantu prosesnya. Selain itu, TNI AL juga menerjunkan 3 tim penyelam dan 2 tim dari Kopaska untuk proses pengangkatan pesawat.
Kecelakaan pesawat latih TNI AL ini makin menambah daftar panjang kecelakaan yang dialami sejumlah alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di Indonesia. Berikut kumparan rangkum sejumlah kecelakaan alutsista yang terjadi di Indonesia dalam baru-baru ini.
Pesawat Tempur TNI AU Golden Eagle (2022)
Ilustrasi pesawat T50i Golden Eagle. Foto: Shutterstock
Pesawat tempur milik TNI AU jenis T-50i Golden Eagle jatuh di Blora, Jawa Tengah pada Senin (18/7) lalu.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU (Kadispenau) Marsma TNI AU Marsma Indan Gilang menyatakan pesawat tempur dengan nomor ekor TT-5009 itu merupakan bagian Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Madiun, Jawa Timur.
ADVERTISEMENT
Sebelum jatuh, pesawat mulanya berangkat dari Lanud Iswahjudi, Senin sekitar pukul 18.24 WIB untuk melakukan latihan terbang malam. Pesawat tersebut jatuh sekitar satu jam usai lepas landas dari Bandara Iswahjudi.
Lettu Pnb Allan Safitra Indra, pilot pesawat T50i Golden Eagle yang jatuh di Blora. Foto: Antara
Pilot pesawat T-50i Golden Eagle Lettu Pnb Allan Safitra gugur dalam peristiwa tersebut. TNI pun telah membentuk tim untuk melakukan penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat terbang.
"Saat ini, TNI AU juga telah membentuk Tim Panitia Penyelidikan Kecelakaan Pesawat Udara (PPKPU) untuk menyelidiki sebab-sebab jatuhnya pesawat terbang," ujar Indan.
KRI Nanggala-402 (2021)
Kapal selam KRI Nanggala-402. Foto: M Risyal Hidayat/ANTARA FOTO
KRI Nanggala-402 hilang kontak dan dinyatakan tenggelam di Perairan Bali pada 21 April 2021. Kala itu, KRI Nanggala tengah terlibat dalam latihan melaksanakan penembakan torpedo.
Namun, Nanggala justru tenggelam dan diketahui berada di kedalaman 838 meter di bawah permukaan laut. Sebanyak 53 kru gugur dalam peristiwa itu.
ADVERTISEMENT
Kapal selam milik TNI AL itu terdeteksi tenggelam akibat retakan besar. Terdapat sejumlah bukti-bukti otentik yang menguatkan hingga status berubah dari submiss (kapal selam hilang) menjadi subsunk (kapal selam tenggelam).
Kapal selam KRI Nanggala-402. Foto: Eric Ireng/ANTARA FOTO
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono memaparkan adanya bukti otentik bahwa KRI Nanggala tenggelam (subsunk).
Bukti otentik yang ditemukan yakni alas yang biasa dipakai untuk salat, spons atau busa sebagai penahan panas agar tidak terjadi kondensasi pada ruang bertekanan hingga komponen pelurus tabung torpedo.
Kemudian pembungkus pipa pendingin bertuliskan keterangan berbahasa Korea, cairan dalam botol oranye yang berisi oli pelumas periskop, serta bukti cairan solar.
KRI Teluk Jakarta (2020)
Ilustrasi KRI TNI AL Minggu (10/1). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
KRI Teluk Jakarta-541 tenggelam pada kedalaman sekitar 90 meter di perairan Masalembo, dekat Pulau Kangean, Jawa Timur, pada Selasa, 14 Juli 2020.
ADVERTISEMENT
Kapal tersebut tenggelam usai mengalami kebocoran saat melaksanakan operasi dukungan laut pergeseran logistik ke wilayah timur.
Kepala Penerangan TNI AL saat itu, Laksamana Pertama TNI M Zaenal menyatakan musibah itu terjadi sekitar pukul 09.00 WIB.
Akibat peristiwa itu, sebanyak 54 anak buah kapal kemudian diselamatkan awak KM Tanto Sejahtera yang sedang berlayar di lokasi. Adapun satu ABK lain ditolong oleh awak KM Dobonsolo milik PT Pelni.
KRI Teluk Jakarta 541 saat ini masuk ke dalam Satuan Kapal Amfibi.
Kapal berjenis Frosch-1/Type 108 itu dibangun oleh VEB Peenewerft, Wolgast, pada masa Jerman Timur masih berdiri.
Pada 1979, kapal itu digunakan untuk Angkatan Laut Jerman Timur. Indonesia membawanya untuk TNI AL sebagai salah satu paket pembelian sejumlah kapal perang eks Jerman Timur pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
ADVERTISEMENT