Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Ilham Bayu Fajar (17), pelajar SMP di Yogyakarta tewas akibat aksi kekerasan yang dilakukan 7 orang, yang 6 di antaranya masih berstatus pelajar. Ilham tewas akibat dibacok dengan senjata tajam clurit.
ADVERTISEMENT
Aksi yang biasa disebut Klitih atau Nglitih ini bukanlah hal baru. Namun jika dilihat dari arti kata sebenarnya, klitih sangat jauh maknanya dari aksi kekerasan maupun tawuran.
Klitih merupakan istilah yang merujuk kepada Pasar Klitikan Yogya. Dulu, artinya adalah melakukan aktivitas yang tidak jelas dan bersifat santai sambil mencari barang bekas dan Klitikan. Sementara istilah Nglitih digunakan untuk menggambarkan kegiatan jalan-jalan santai.
Budaya kekerasan yang dilakukan oleh pelajar di Yogyakarta sudah ada sejak era 1980-an dan 1990-an. Kekerasan yang dilakukan pelajar pada masa itu dilakukan oleh dua geng besar yang legendaris, yaitu QZRUH dan JOXZIN.
QZRUH merupakan singkatan dari Q-ta Zuka Ribut Untuk Tawuran. Geng ini "menguasai" wilayah Yogyakarta bagian utara. Sementara JOXZIN merupakan singkatan dari Joxo Zinthing atau Pojox Benzin (pojokan pom bensin alun-alun) atau Jogja Zindikat. Geng ini "menguasai" Malioboro hingga Yogyakarta bagian utara.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, klitih mengalami pergeseran makna. Klitih kini identik dengan aksi kekerasan yang dilakukan oleh pelajar SMP dan SMA. Tidak ada yang tahu kapan pertama kali istilah ini muncul dan mengalami pergeseran makna. Namun disinyalir, istilah ini muncul untuk mengganti kata tawuran, setelah peristiwa pembacokan yang marak terjadi sepanjang 2011 sampai 2012.
Klitih sempat redup sekitar tahun 2013, ketika kepolisian setempat mampu meredam aksi kekerasan yang dilakukan oleh kalangan pelajar ini hingga jauh berkurang. Namun istilah ini kembali populer setelah tahun 2014, korban kembali berjatuhan akibat klitih. Korban tidak hanya sesama pelajar, tapi juga mahasiswa dan masyarakat umum.