Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sejarah Perang Tomat di Spanyol: Bentuk Protes Pemerintahan yang Fasis
13 Oktober 2022 12:47 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dikutip dari tomatina.org , beberapa anak muda ikut memeriahkan parade Giants and Big Head itu, hingga salah satu terjatuh dan akhirnya marah, memukul apa saja yang ada di sekitar mereka. Terjadilah perselisihan yang kebetulan berada di dekat pasar sayur.
Kios sayur-sayuran kemudian menjadi sarana amukan massa, ketika orang-orang mulai mengambil tomat yang sedang dipajang dan saling melempar tomat antara para peserta parade. Petugas keamanan kemudian berhasil melerai keributan itu.
Saat Parade Giants and Big Head dilaksanakan tahun-tahun berikutnya, keributan serupa kembali terjadi. Dikutip dari sumber lainnya, bahkan para pemuda yang datang ke parade itu sudah membawa tomat dari rumah untuk merencanakan keributan 'saling lempar tomat.'
Agenda membawa tomat dan saling lempar kemudian diikuti oleh banyak orang. Petugas keamanan pun masih terus membubarkan setiap orang yang melempar tomat.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Independent , perang tomat kemudian dilarang pada 1950-an oleh Pemimpin Spanyol saat itu, Francisco Franco, karena dinilai tidak memiliki signifikansi agama dan sejarah yang nyata. Namun hal ini tidak menghentikan para peserta perang tomat.
Pada 1957 sebagai tanda protes, warga mengadakan acara 'penguburan tomat.' Demonstrasi di mana warga membawa peti dengan tomat di dalamnya. Pawai tersebut diiringi oleh band yang memainkan musik pemakaman. Protes kemudian berhasil, dan Festival La Tomatina diizinkan, meski terus dikritik oleh Franco.
Javier A. Galván seorang penulis dalam bukunya tentang ensiklopedia budaya mengatakan, ada sebuah teori yang menjelaskan bahwa melempar tomat adalah tindakan protes terhadap pemerintahan fasis Francisco Franco, yang dikenal diktator memerintah Spanyol dengan tangan besi pada 1936-1975
ADVERTISEMENT
Festival La Tomatina benar-benar bebas digelar setelah kematian Franco pada 1975 dan dirayakan setiap tahun sejak saat itu.
La Tomatina kemudian diatur oleh sebuah kelompok bernama Clavarios de San Luis Bertran--yang merupakan santo pelindung Kota Buñol--hingga 1980, ketika penyelenggaraan acara diambil alih oleh Dewan Kota Buñol.
Sejak itu, La Tomatina telah menjadi populer dan menjadi festival yang setiap tahun menarik ribuan wisatawan dari berbagai negara. La Tomatina dirayakan pada hari Rabu terakhir bulan Agustus.
Keberhasilan La Tomatina di Buñol dalam menarik wisatawan, menginspirasi kota-kota lain untuk meniru festival serupa. Di Kolombia, kota kecil Sutamarchan menyelenggarakan beberapa kali acara yang menyerupai La Tomatina sejak tahun 2004. Di Amerika Serikat, American Cancer Society juga mengadakan acara yang disebut La Tomatina untuk menggalang dana bagi organisasi itu.
ADVERTISEMENT
Kini di Jakarta Selatan, Pelaksana Tugas Wakil Wali Ali Murthadho mewacanakan membuat festival perang tomat serupa La Tomatina. Menurutnya, festival tersebut untuk mencegah aksi tawuran yang menelan korban jiwa.