Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Selain Suku Mante, Ada Juga Suku Kumeun di Hutan Leuser
27 Maret 2017 9:52 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 2000-2005, Fauzan Azima tinggal di hutan sekitar Kawasan Ekosistem Gunung Leuser, Aceh, sebagai bagian dari pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Di lebatnya hutan itu, Fauzan yang pernah melihat suku Mante, menyebut ada jenis suku lain bernama Suku Kumeun.
ADVERTISEMENT
"Jadi ada dua, satu Mante (diucapkan Manti) yang memang 100 persen mirip manusia, cuma hanya tubuhnya kecil kurang dari 1 meter. Satu lagi Kumeun itu memang mirip manusia juga, tapi telapak kakinya ke belakang," ucap Fauzan kepada kumparan (kumparan.com)," Senin (27/3).
Mante ditemukan Fauzan dalam keadaan mati terjerat perangkap badak, sementara Kumeun terlihat kadang terperosok. Keduanya punya karakter bergerak cepat dan tubuhnya tak terbalut penutup.
"Cepat, hampir enggak bisa lihat. Kami pernah tidur melintang di jalan, dia injak perut kami. Tapi kami enggak bisa lihat lagi orangnya. Samar-samar," ujarnya.
Menurut Fauzan, baik Mante atau Kumeun, keduanya beraktivitas di tengah hutan. Fauzan tak sekali melihat suasana di tengah hutan berupa jalan yang nampak bersih, seperti rutin digunakan untuk melintas.
ADVERTISEMENT
"Di tengah hutan itu nampak bersih (jalannya)," terang Fauzan.
"Komunitasnya nampaknya ramai, kami sering lihat bekas-bekasnya (jejak) satu dua. Nampak bekas seukuran kaki bayi," imbuhnya.
Mante dan Kumeun yang sudah lama menjadi legenda masyarakat Aceh itu sangat peka dengan keberadaan manusia, karena itu tak banyak orang bisa berjumpa dengan mereka. Lalu saat ditanya apakah mereka manusia, Fauzan tak mengetahui.
"Saya belum pernah lihat mereka bicara dalam bahasa yang kita kenal. Saya enggak tahu manusia atau bagaimana, tapi suaranya ngaum gitu," kata Fauzan yang pernah jadi Panglima GAM wilayah Linge itu.
Tapi Fauzan menolak suku kerdil itu disebut sebagai bagian dari orang terdahulu atau suku asli Aceh. Menurut legenda, mereka adalah makhluk yang punya kesalahan atau cacat, lalu lari ke hutan.
ADVERTISEMENT
"Justru temuan manusia purba di dekat konservasi itu lebih lama lagi, 7.000 tahun yang lalu. Ada kerangka manusia (purba) yang ditemukan di Takengon, itu lebih lama," tutup dia.