Selandia Baru Minta Pilot Susi Air yang Setahun Disandera KKB Segera Dibebaskan

5 Februari 2024 13:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pilot Susi Air Captain Philip Mehrtens masih disandera TPNPB OPM.
 Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Pilot Susi Air Captain Philip Mehrtens masih disandera TPNPB OPM. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Selandia Baru meminta agar pilot Philip Mehrtens, yang disandera KKB di Papua segera dibebaskan. Mehrtens merupakan pilot Susi Air yang disekap sejak setahun lalu.
ADVERTISEMENT
Dia disandera oleh kelompok pimpinan Egianus Kogoya pada 7 Februari 2023 di Nduga. Kelompok penyandera mengancam akan menembak Mehrtens jika pembicaraan mengenai kemerdekaan Papua ditolak Pemerintah RI.
"Kami sangat mendesak mereka yang menahan Philip Mehrtens segera membebaskan tanpa melukai. Penahanannya tidak menguntungkan kepentingan mana pun," kata Menlu Selandia Baru Winston Peters seperti dikutip dari Reuters.
Kemlu Selandia Baru menambahkan, mereka terus bekerja dengan berbagai lembaga dan kementerian di Indonesia demi membebaskan Mehrtens dengan selamat.
Pemerintah Indonesia pun terlibat dalam berbagai upaya membebaskan sang pilot. Pemerintah akan menggandeng tokoh masyarakat dan agama untuk membantu pembebasan sandera tersebut.
Pada November 2023, Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko terdapat berbagai kendala terkait operasi pembebasan warga Selandia Baru itu.
ADVERTISEMENT
"Kendalanya, masalah berkaitan dengan keamanan yang bersangkutan. Kalau kita hitung-hitungannya dengan menggunakan kekuatan itu, ya, nanti bisa selesai. Tapi ada apa itu buntutnya, kan, begitu," kata Moeldoko di Gedung Bina Graha.
Moeldoko menyebut, langkah yang terkesan lambat dilakukan aparat dilakukan untuk menghindari semakin besarnya dampak negatif yang muncul.
"Tujuannya sekali lagi bahwa kita menginginkan semuanya berjalan tanpa sebuah perkembangan eskalasi yang merugikan. Sehingga kalau istilahnya itu, kita menjemput rambut di tepung itu betul-betul bisa dengan baik. Itu sebenarnya filosofinya di situ," tutur Moeldoko.