Sepanjang 2024 Ada 52 Kasus Bunuh Diri di DIY, Pemicunya Sakit hingga Pinjol

10 Oktober 2024 15:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Dinas Kesehatan DIY, Pembajun Setyaningastutie Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dinas Kesehatan Pemprov DIY mencatat ada 52 kasus bunuh diri di provinsi ini dalam tahun ini. Penyebabnya pun bermacam-macam, mulai dari faktor ekonomi, penyakit yang tak kunjung sembuh hingga pinjaman online (pinjol).
ADVERTISEMENT
"Jumlahnya totalnya terakhir sampai 10 Oktober ini kasusnya memang banyak nih, 52," kata Kepala Dinas Kesehatan DIY Pembajun Setyaningastutie dihubungi wartawan, Kamis (10/10).
Pembajun tak merinci jumlah kasus bunuh diri per kabupaten, tetapi yang terbanyak ada di Gunungkidul.
Jalanan Malioboro, ikon Yogyakarta. Foto: Shutter Stock
"Kalau melihat sementara di Gunungkidul lebih banyak karena masalah faktor ekonomi. Kemudian masalah penyakit yang nggak sembuh-sembuh," katanya.
"Biasanya kalau di Gunungkidul itu usianya kurang lebih mayoritas di atas 50 tahun. Gitu, kalau di Gunungkidul," jelasnya.
Kasus bunuh diri terbanyak kedua ada di Kabupaten Sleman. Di wilayah ini ditemukan kasus bunuh diri karena pinjol.
"Kalau yang di Sleman itu juga masalah ekonomi, konflik, juga ada pemuda yang kepribadian introvert. Ada masalah pinjol juga, ada penyakit kronis. Yang di Sleman rentangnya 20-60 tahun," katanya.
ADVERTISEMENT
Pantai Jogan di Gunungkidul. Foto: Shutterstock
Kasus bunuh diri terbanyak kemudian disusul Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, dan Kota Yogyakarta.
"Kalau (karena) judi online nggak ada, jangan ada-lah. Jangan ada," harapnya.
Pojok Skrining Kesehatan Jiwa
Tingginya kasus bunuh diri ini jadi perhatian Dinkes DIY. Pihaknya tak henti-hentinya melakukan upaya edukasi.
"Kita juga pernah melatih kader kesehatan jiwa, khusus kader kesehatan jiwa ini diminta untuk mendampingi pasien yang gangguan jiwa itu. Yang balik pasca-rumah sakit," katanya.
Namun, selain peran kader kesehatan jiwa, tetap perlu pula peran dari keluarga dan masyarakat. Edukasi kepada masyarakat pun sudah dilakukan.
Selain itu, event skrining kesehatan jiwa juga akan digalakkan.
"Kami sendiri ada pojok skrining kesehatan jiwa. Ini yang kami kuatkan kalau orang pergi memeriksakan jiwanya bukan karena dia sakit jiwa, justru karena dia pingin sehat jiwanya," kata Pembajun.
ADVERTISEMENT