Serangan Buaya ke Manusia Meningkat di Babel, Tim Khusus Dibentuk

27 April 2025 13:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Buaya. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Buaya. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membentuk tim khusus untuk menangani konflik antara buaya dengan manusia yang mengalami peningkatan akibat kerusakan lingkungan di daerah itu.
ADVERTISEMENT
"Kita sudah membentuk tim untuk penanganan kasus serangan buaya," kata Plh Kepala DLHK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Edi Kurniadi di Pangkalpinang, dikutip dari Antara, Minggu (27/4).
Ia mengakui kasus masyarakat diserang buaya dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan, karena kondisi lingkungan dan habitat buaya yang mengalami kerusakan akibat penambangan bijih timah ilegal, alih fungsi lahan, dan lainnya.
"Konflik manusia dengan buaya yang meningkat ini karena ekosistem sudah tidak baik untuk habitat buaya ini," katanya.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membentuk tim khusus untuk menangani konflik antara buaya dengan manusia yang mengalami peningkatan akibat kerusakan lingkungan. Foto: Antara
Ia bersyukur peran serta organisasi lingkungan, masyarakat dan PT Timah Tbk ikut membantu pemerintah daerah dalam menekan konflik antara manusia dengan buaya ini.
"Alhamdulillah, PT Timah ikut membantu penanganan buaya berkonflik ini dengan menyediakan tempat penangkaran buaya, namun demikian perlu perhatian bersama untuk menekan dan menangani buaya-buaya yang berkonflik ini," katanya.
ADVERTISEMENT
Anggota Tim Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel Bayu Nanda mengatakan dalam lima tahun terakhir ini tercatat 154 kasus konflik antara buaya dan manusia. Dengan rincian 48 penangkapan buaya, 66 serangan buaya nonfatal, dan 40 serangan yang mengakibatkan korban tewas.
Kasus konflik dengan buaya tersebut tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur, dan Kota Pangkalpinang.
"Angka kasus konflik buaya dan manusia itu hanya yang terdata dan terekspos di media massa, sementara yang tidak terdata masih banyak sekali," katanya.