Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
“Enggak apa-apa diberi sakit, soalnya sudah 63 tahun diberi nikmat”
ADVERTISEMENT
Pesan itu masih diingat jelas oleh Muhammad Hasnan Nahar, putra ketiga Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sekaligus Waketum MUI Yunahar Ilyas. Kalimat itu disampaikan Yunahar kepada Hasnan ketika masih melawan gagal ginjal dan penyakit paru-paru.
Bagi Hasnan, kalimat tersebut begitu mengena. Entah itu firasat atau sebuah kepasrahan, yang jelas Buya Yunahar telah berjuang melawan sakitnya, sebelum mengembuskan napas terakhirnya di RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta, pada Kamis (2/1).
Mata Hasnan tampak berkaca-kaca saat menyaksikan sang ayah masuk liang lahat di Pemakaman Karangkajen, Yogyakarta, Jumat (3/1). Namun ia setelahnya dengan tegar mengisahkan perjuangan Buya Yunahar melawan sakit.
Idul Fitri 2019 Didiagnosa Ginjal Lemah
Penyakit gagal ginjal Yunahar diketahui pada 5 Juni 2019, saat perayaan Idul Fitri. Saat itu Yunahar cek kesehatan dan ternyata diketahui fungsi ginjalnya menurun.
ADVERTISEMENT
“Kalau penyakit beliau pasca-Idul Fitri. Hari H ketika Idul Fitri, rencananya lusa setelah Idul Fitri mau ke Bukit Tinggi, mau ada kegiatan di sana. Dipikir ya check up-lah, ternyata setelah di-check up, didiagnosis ginjalnya fungsi menurun,” kata Hasnan di pemakaman Karangkajen.
28 Oktober 2019 Dirawat di PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Kondisi yang menurun membuat Buya Yunahar harus mendapatkan perawatan medis. Ia dirawat di PKU Muhammadiyah Kota Yogyakarta.
Namun, pada 29 Oktober 2019, hasil pemeriksaan menyatakan Buya Yunahar juga menderita sakit paru-paru.
“Opname ketika setelah Idul Fitri, terus opname lagi 28 Oktober nah 29 Oktober ketahuan paru-parunya kolaps,” kata Hasnan.
Hal tersebut membuat fokus pengobatan beralih, dari yang sebelumnya pemulihan ginjal menjadi ke paru-paru.
ADVERTISEMENT
“Selama ini fokus pemulihan ginjal namun di tengah perjalanan itu kena paru-parunya. Kalau kata dokter paru-parunya kolaps. Jadi yang kanan sudah kempes yang kiri ada beberapa lubang kecil. Yang seharusnya fokus cangkok ginjal, tapi malah dominasinya ke pemulihan paru-paru,” ujar dia.
11 November 2019 Dirujuk ke RSUP Dr Sardjito
Pada 11 November 2019, Buya Yunahar dirujuk ke RSUP Dr Sardjito. Selain pemulihan ginjalnya, pengobatan juga dilakukan untuk memulihkan paru-parunya.
“11 November dirujuk Sardjito karena paru-paru dan persiapan cangkok ginjal. Paru-paru memang dari PKU,” kata Hasnan.
2 Januri 2020 Meninggal Dunia
Keponakan Buya Yunahar sebenarnya telah siap menjadi pendonor cangkok ginjal. Namun, lantaran kondisi Buya Yunahar memburuk cangkok tersebut urung dilaksanakan.
ADVERTISEMENT
“Belum sempat cangkok ginjal jadi fokus pemulihan paru-paru, jadi syaratnya dokter harus fit tubuhnya, harus fit sampai cangkok,” ucapnya.
Namun Sang Pencipta berkehendak lain. Buya Yunahar meninggal pada Kamis (2/1) pukul 23.47 WIB di RSUP Dr Sardjito.