Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Polisi menyebut peristiwa kerusuhan pada tanggal 21-22 Mei, terutama penyerangan ke asrama Brimob di Petamburan, sudah direncanakan. Siapa dalangnya? Apakah ada kaitan dengan urusan politik atau murni kriminal?
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono dalam jumpa pers pada Rabu (22/5) malam mengatakan, ada total 257 tersangka yang sudah ditangkap terkait kerusuhan. Mereka adalah para perusuh di tiga tempat yakni di Bawaslu (72 orang), Petamburan (156 orang) dan Gambir (29 orang).
Tersangka dari masing-masing lokasi dijerat dengan pasal melawan petugas dan perusakan. Namun khusus untuk mereka yang ditangkap di Petamburan, dijerat dengan pasal tambahan karena menyerang asrama polisi.
“Kita kenakan pasal 187 juga untuk tersangka di Petamburan,” kata Argo di kantornya.
Dari para tersangka, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, mulai dari bendera, ponsel hingga petasan. Namun khusus di Petamburan, ada tersangka yang membawa celurit dan busur panah. Lalu ditemukan juga uang yang disimpan dalam amplop yang sudah diberi nama dengan nominal Rp 200-500 ribu dan uang dalam mata uang dolar AS sebesar Rp 5 juta.
“Diduga uang itu untuk biaya operasional,” ungkapnya.
Dari tiga lokasi, kasus penyerangan di Petamburan menjadi perhatian khusus polisi. Penyebabnya, ada temuan bukti-bukti penyerangan ke asrama sudah direncanakan oleh massa yang datang dari luar Jakarta.
Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, polisi menemukan bukti rekaman adanya mufakat jahat untuk menyerang asrama. Lalu pergerakan massa yang dikondisikan di Sunda Kelapa sebelum berangkat ke Petamburan.
“Ini ada barang bukti, ada rekamannya, ini disetting untuk melakukan penyerangan ke asrama polisi,” tegasnya.
Di Petamburan, polisi juga menyebut adanya peralatan ‘perang’ berupa batu dan alat-alat yang sudah tersedia di pinggir jalan. Sehingga ketika massa datang, tak perlu lagi mencari bahan untuk penyerangan.
Ditanya lebih jauh soal dalang penyerangan ini, Argo menegaskan belum bisa merilis informasi apa pun karena dalam proses penyelidikan. Yang jelas, dia sempat memberi petunjuk soal profil para pelaku.
Pertama, pelaku datang dari kawasan Jawa Barat. Khusus untuk kaitannya dengan mobil ambulans partai, polisi memastikan itu ambulans dari Tasikmalaya dan berlogo Partai Gerindra. Pihak DPC Partai Gerindra sebelumnya sudah menyatakan tidak tahu soal batu di dalam ambulans.
Kedua, Argo menyebut para tersangka hampir mayoritas tidak bekerja. Namun dia menampik langsung menyimpulkan mereka adalah preman. Termasuk kemungkinan tergabung dalam ormas tertentu.
“Masih didalami,” tegasnya.