Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia Kaesang Pangarep menginstruksikan kepada Dewan Pimpinan Wilayah PSI DKI Jakarta untuk bergerak menjalin komunikasi dengan Anies Rasyid Baswedan , capres 2024 yang kini bakal kembali berlaga di Pilkada Jakarta 27 November 2024.
“Kalau melihat survei, paling realistis dengan Pak Anies,” ucap Kaesang di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Jumat (14/6).
Dua hari sebelumnya, Rabu (12/6), Kaesang juga berkomentar positif soal wacana duet Anies dengan dirinya. Di Kantor DPP PSI, ia berkata, “Saya kira [gagasan] itu baik, tidak masalah [dengan Anies].”
Kesang bahkan mengaku sering menonton “Desak Anies” pada musim pilpres yang belum lama berlalu. Ucapan-ucapan Kaesang ini tentu beda nuansa dengan sikap PSI yang sebelumnya tergolong keras mengkritik Anies.
Pakar politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menduga, ketertarikan Kaesang terhadap Anies mengindikasikan adanya keretakan hubungan antara putra bungsu Jokowi dengan para pendukung ayahnya itu.
“Omongan Kaesang ini menunjukkan insoliditas di antara barisan Jokowi, termasuk di antara pendukung Prabowo dan Gibran. Ini bukan main-main dan diulang-ulang lho sama Kaesang,” kata Adi.
Namun, Direktur Eksekutif Voxpol Center Research & Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, ketertarikan Kaesang terhadap Anies bukan tak mungkin murni karena peluang kemenangan yang lebih besar di sisi Anies.
“Saya belum lihat lawan tanding yang sebanding dengan Anies. Itu problemnya,” kata Pangi.
PDIP Godok Kader Dampingi Anies
Bukan cuma Kaesang yang berminat mendampingi Anies. PDIP juga serupa. Dua sumber kumparan menyebut, DPD PDIP Jakarta telah bulat mengusulkan Anies sebagai kandidat tunggal calon gubernur Jakarta kepada DPP.
Posisi PDIP yang kini menebalkan dukungan untuk Anies sedikit banyak mirip dengan PSI, sebab PDIP juga termasuk pihak yang rutin mengkritik keras Anies. Namun, kawan-lawan memang tak abadi dalam politik.
DPD PDIP Jakarta mengajukan dua nama kader PDIP sebagai calon pendamping Anies, yakni Prasetyo Edi Marsudi yang merupakan Ketua DPRD DKI Jakarta, dan Charles Honoris yang merupakan anggota DPR.
Satu nama lain sempat muncul untuk ditimbang dipasangkan dengan Anies, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2012–2014 dan Gubernur DKI Jakarta periode 2014–2017.
Wacana duet Anies-Ahok—yang meski janggal karena rivalitas sengit keduanya pada Pilkada Jakarta 2017—dirasa bisa memenangi Pilkada Jakarta 2024 satu putaran. Pun begitu, duet Anies-Ahok sulit terwujud lantaran terganjal regulasi.
Pasal 7 ayat 2 huruf o UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota berbunyi:
Mengacu pada aturan tersebut, Anies dan Ahok yang sama-sama pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta tidak bisa mencalonkan diri bersama sebagai cagub-cawagub Jakarta.
PKB Juga Sodorkan Kadernya untuk Anies
PKB yang hendak meneruskan bulan madunya dengan Anies juga menunjukkan dukungan dan menyodorkan dua kadernya sebagai pendamping di Pilkada Jakarta, yakni Ida Fauziyah yang merupakan Menteri Ketenagakerjaan, dan Hasbiallah Ilyas yang merupakan anggota DPRD DKI Jakarta sekaligus Ketua DPW PKB DKI Jakarta.
“Bisa saja Ketua DPW (Hasbi) jadi wakil. Bisa juga Bu Ida Fauziah,” ucap Ketua Deks Pilkada DPW PKB DKI Jakarta Buhari kepada kumparan.
Kendati demikian, PKB tak menutup pintu bila partai lain juga menyorongkan wakil untuk Anies. Yang penting, PKB ingin mendukung sosok yang peluang menangnya lebih besar.
Sikap PKB ini tak mengherankan Adi Prayitno. Menurutnya, PKB memang cenderung terbuka terhadap koalisi mana pun. Koalisi PKB dan PDIP selaku dua partai yang saat ini sama-sama menunjukkan dukungan ke Anies di Pilkada Jakarta, juga amat mungkin terealisasi.
“Ketika Anies diusung oleh PKB, itu mempermudah PDIP untuk juga berkoalisi dengan Anies,” kata Adi.
Saat ini PKB memiliki 10 kursi di DPRD DKI Jakarta. Jika PDIP bergabung, maka ada 15 kursi tambahan. Jumlah itu sudah cukup untuk mengajukan cagub-cawagub.
Nantinya, menurut Pangi, bukan tak mungkin ada partai lain yang juga berminat bergabung dan menyorongkan nama kadernya mendampingi Anies.
“Nggak mungkin juga mereka (partai-partai lain) buru-buru koalisi. Tentu mereka ingin tenang (ada jaminan), maka mensyaratkan, ‘Oke, kami usung Anies tapi syaratnya wakilnya kader kami,’” kata Pangi.
Segala kemungkinan masih bisa terjadi.