Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
ADVERTISEMENT
Pemprov DKI Jakarta dari waktu ke waktu terus mengupayakan fasilitas layak bagi pejalan kaki di Ibu Kota. Trotoar pun dibangun hampir di sepanjang jalan raya di Jakarta, seolah menegaskan hak-hak pejalan kaki harus dihargai.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam upaya itu, tetap terselip ironi bagi pejalan kaki. Trotoar yang sedianya dibangun untuk pejalan kaki, nyatanya juga menjadi tempat aktivitas-aktivitas lain.
Pantauan kumparan, Rabu (30/10). trotoar di beberapa ruas jalan di Jakarta, masih saja dipakai kendaraan bermotor dan menjadi lapak pedagang kaki lima (PKL).
kumparan kemudian mencoba menelisik Jalan Sudirman-MH Thamrin yang memiliki trotoar cukup lebar, sekitar 6-7 meter. Kondisinya memang bersih, dilengkapi dengan bangku-bangku, halte, dan jalur khusus difabel.
Pada waktu pagi menjelang siang, banyak para pejalan kaki yang melintasi trotoar ini. Sepanjang Jalan Sudirman-MH Thamrin memang berdiri berbagai pusat perkantoran dan menjadi salah satu jalan tersibuk yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat.
Meski begitu, masih ada saja pengendara motor yang mencaplok trotoar di titik tertentu. Misalnya di titik Halte Bendungan Hilir. Di sini, sudah lama menjadi pangkalan ojek. Letaknya persis di bawah tangga halte, di tengah-tengah trotoar.
ADVERTISEMENT
Boge (38), salah seorang tukang ojek, tak menampik kegiatan mangkal di trotoar dilarang dan kerap dirazia Dishub DKI maupun Satpol PP. Namun mereka tetap mangkal dengan cara kucing-kucingan dengan petugas.
“Ya kucing-kucingan lah sama petugas. Dishub setiap hari, hampir setiap jam razia di sini. Kalau mereka datang kita pergi. Kalau udah pergi ya ke sini lagi,” ungkap Boge di lokasi, Rabu (39/10).
Boge bersama rekan-rekannya memilih mangkal di tempat itu karena lokasinya cukup strategis. Banyak calon penumpang yang kerap naik ojek setelah turun dari TransJakarta.
Selain Jalan Sudirman-MH Thamrin, pemandangan serupa tampak pula di kawasan Cikini. Di sini, keadaannya lebih buruk lagi. Mobil dan motor leluasa terparkir di jalan hingga di depan gedung-gedung.
ADVERTISEMENT
Trotoar di Cikini masih belum sepenuhnya selesai pengerjaannya. Tak banyak pejalan kaki yang melewati trotoar di kawasan itu. Mungkin karena fisik trotoar yang masih setengah selesai.
Pada titik-titik tertentu, terlihat mobil maupun motor terparkir di trotoar. Kendaraan-kendaraan itu tak terawasi petugas Dishub DKI maupun Satpol PP, sehingga bisa parkir di trotoar.
Pemandangan yang lebih ironis kiranya tampak di Jalan Rata Otista, Jakarta Timur. Trotoar di jalur ini baru saja selesai direnovasi Pemprov DKI. Namun, pejalan kaki tak terlalu banyak menggunakan trotoar ini.
Sebaliknya, trotoar di Jalan Otista Raya tampak menampung banyak sepeda motor hingga lapak PKL. Seperti di sekitaran Halte Bidara Cina. Di lokasi itu, berjejer motor-motor dan lapak PKL. Bahkan, sering pemotor melaju di atas trotoar.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa kata pejalan kaki melihat fenomena ini?
Keberadaan motor di ruas-ruas trotoar nyatanya cukup mengganggu pejalan kaki yang memiliki hak atas trotoar. Banyak yang tak senang dengan kondisi ini, karena trotoar tak ubahnya jalan raya.
Fenny (18), seorang pejalan di kawasan Salemba, Jakarta Pusat, merasa tak nyaman dengan kondisi trotoar yang masih bisa dipakai PKL dan parkir sepeda motor.
“Sama saja kayak kita jalan di tepi jalan itu kan, motor lewat, parkir, sama saja gitu di trotoar. Jelas kita pejalan kaki enggak nyaman,” ujar Fenny.
Hal senada juga disampaikan pejalan kaki lainnya Fauzan (38). Menurutnya, pemerintah mestinya serius melarang motor parkir dan melewati trotoar.
Fauzan juga meminta pemerintah serius membenahi trotoar di Jakarta, agar benar-benar dimanfaatkan pejalan kaki.
ADVERTISEMENT
“Kalau bisa ya enggak ada motor lah di trotoar,” katanya.
ADVERTISEMENT