Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
MUI Jatim mengimbau umat Islam agar tak mengucapkan salam semua agama dalam sambutan di acara resmi. Imbauan itu termaktub dalam dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori.
ADVERTISEMENT
"Mengucapkan salam pembuka dari semua agama yang dilakukan oleh umat Islam adalah perbuatan baru yang merupakan bid'ah, yang tidak pernah ada di masa lalu. Minimal mengandung nilai syubhat (samar kehalalannya) yang patut dihindari," kata Buchori dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (9/11).
Di tingkat pusat, langkah MUI Jatim yang membuat imbauan itu pun telah memperoleh lampu hijau. Sekjen MUI Anwar Abbas menilai, larangan mengucapkan salam semua agama sudah sesuai dengan ketentuan Alquran dan Hadis. Dalam Islam, kata dia, salam adalah doa yang memiliki dimensi teologis.
“Dan orang-orang yang beriman kepada Allah, berdoa dan meminta pertolongan kepada selain Allah, maka murka Tuhan pasti akan menimpa diri mereka," kata Anwar dalam keterangan tertulis, Senin (11/11).
ADVERTISEMENT
Dalam penelusuran kumparan, salam semua agama merupakan hal yang relatif baru di era reformasi. Ini dapat dilihat berdasarkan naskah pidato tujuh presiden RI yang tersimpan di situs setneg.go.id dan perpusnas.go.id.
Lantas, siapa Presiden RI yang memulai ucapkan salam semua agama ?
Sukarno
Ada 14 naskah pidato Presiden Sukarno di situs Perpustakaan Nasional, https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id.
Dalam belasan naskah itu, tak ada salam semua agama seperti yang disinggung MUI Jatim. Di masa itu, salam yang diucapkan Sukarno tampak netral, meski kemudian bertranformasi menjadi lebih Islami.
Di awal era kemerdekaan, Sukarno tak pernah menggunakan salam dari tradisi agama apapun saat memulai pidatonya. Namun hal itu mulai berubah saat Sukarno memasuki tahun 1950-an, hingga akhir masa jabatannya yang selesai pada tahun 1966.
ADVERTISEMENT
Dalam salah satu pidatonya yang berjudul ‘Lahirnya Pancasila’, Sukarno memulai pidatonya dengan kalimat pembuka ‘Paduka tuan Ketua yang mulia!’. Pidato itu dia sampaikan di sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945.
Dalam pidato itu, Sukarno menyampaikan Pancasila sebagai Philosofische Grondslag. Yakni, Pancasila sebagai filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang sedalam-dalamnya untuk berdirinya Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
Di tahun 1957, Sukarno mulai menggunakan kata ‘Assalamualaikum’ dalam pidatonya. Walaupun, ucapan salam itu bukan kata pertama yang dia ucapkan. Kala itu, 18 November 1957, Sukarno menggelar orasi di Lapangan Banteng, Jakarta. Di siang bolong yang panas itu, Sukarno menyampaikan empat alasan Irian Barat harus masuk ke dalam wilayah Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Kepada sudara-saudara yang beragama Islam, saya lebih dahulu menyampaikan salam Islam. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu,” kata Sukarno mengawali isi pidatonya.
Dalam pidato terakhirnya pada 22 Juni 1966, Sukarno juga mengucapkan Assalamualaikum. Kala itu, Sukarno menyinggung tentang dirinya sebagai Pemimpin Besar Revolusi, Mandataris MPR, dan Presiden seumur Hidup.
Soeharto
Lain Sukarno, lain lagi Suharto. Di era Orde Baru itu, Presiden Suharto tercatat memiliki 40 naskah pidato di arsip Perpustakaan Nasional. Menariknya, seluruh naskah itu sama sekali tak berisi kata ‘Assalamualaikum’ atau salam dari agama lainnya.
Kala itu, badan yang bertugas menyusun naskah pidato Soeharto adalah Departemen Penerangan. Salam yang tertulis di naskah isinya lugas saja. Misalnya ‘para hadirin yang berbahagia’.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 1972 misalnya, di hadapan DPR, Soeharto mengawali pidatonya dengan format berikut ini:
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakjat jang saja hormati;
Hadirin jang berbahagia;
Format pembukaan pidato yang tertulis di naskah tak banyak berubah hingga tahun 1998. Meski begitu, kumparan mencatat ada perbedaan antara apa yang tertulis di naskah, dengan apa yang terjadi di dalam rekaman video.
Pada 15 Agustus 1992 misalnya, Soeharto tengah membacakan pidato kenegaraannya di DPR. Dalam rekaman video, tampak bahwa Soeharto mengucapkan Assalamualaikum saat mengawali pidatonya.
Di arsip nasional, naskah pidato tahun 1992 sayangnya tak tersedia. Namun di tahun 1991, 1993 dan seterusnya, kata Assalamualaikum memang tak pernah ada.
ADVERTISEMENT
Saat Soeharto lengser, salam pembuka yang diucapkan Soeharto adalah Assalamualaikum. Salam itu ia ucapkan pada 21 Mei 1998. Tak ada salam semua agama.
BJ Habibie
Berbeda dengan Soeharto yang naskah pidatonya tak memiliki Assalamualaikum, Presiden BJ Habibie justru memilikinya. Ada dua naskah pidato yang tersimpan di arsip perpustakaan nasional.
Pada tahun 15 Agustus 1998, Habibie menyampaikan pidato kenegaraan untuk pertama kalinya di DPR. Ia banyak menyinggung soal krisis ekonomi dan polisi yang terjadi pada tahun 1998. Habibie memulai pidatonya sebagai beriku:
Saudara Ketua, para Wakil Ketua dan para Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang saya hormati;
Para undangan dan hadirin yang terhormat Saudara-saudara se-Bangsa dan se-Tanah Air;
ADVERTISEMENT
Assalanau'alaiknna Wr. Wb.
Abdurahman Wahid (Gus Dur)
Ada delapan naskah pidato yang tercatat di era pemerintahan Abdurahman Wahid (Gus Dur). Presiden ke-4 RI itu tak lagi hanya menggunakan Assalamualaikum saat membuka pidatonya. Ia, seperti tercatat dalam naskah, menulis ‘Salam Sejahtera’. Ini merupakan sesuatu yang baru dalam sejarah pidato kepresidenan.
Di depan sidang DPR 16 Agustus 2000, Gus Dur menyampaikan empat pilar program pemulihan. Yakni, menjaga stabilitas makro, memperkuat dan membangun kembali institusi ekonomi, meneruskan kebijakan dan penyesuaian struktural, serta melindungi kelompok miskin dan pemberdayaan ekonomi lemah.
Naskah pidatonya dibuka seperti ini:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera bagi kita semua
Satu tahun sebelumnya, Gus Dur tak pernah mengucap ‘salam sejahtera’. Dalam sumpah jabatannya sebagai presiden pada 20 Oktober 1999, Gus Dur memilih mengucapkan salawat usai mengucakan kata Assalamualaikum. Seperti ini bunyinya:
ADVERTISEMENT
Assalamu'alaikum wa-Rahmatullahi wa-Barakatuh
Bismillahirrahmannirrahim, Alhamdulillahirobbil alamin, wabihi nasta'inu 'ala umuriddunya waddin, washolatu wassalamu 'ala asrofill ambiyai walmursalin, sayidina wahabibina, wasafiina, wamaulana Muhammad SAW, wa'ala alihi washobihi ajma'in;
Megawati Soekarnoputri
Di era Megawati, salam pembuka pidato yang dicontohkan Gus Dur kembali terlihat. Presiden perempuan pertama RI itu juga menggunakan ‘Salam Sejahtera’ setiap kali memulai pidatonya.
Pada 16 Agustus 2002 misalnya, Megawati membacakan pidato kenegaraan di DPR. Dalam naskah pidatonya itu tertulis seperti ini:
Hadirin yang terhormat
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua.
Perpustakaan Nasional mencatat ada 18 naskah pidato selama Megawati menjadi presiden. Tiga belas di antaranya yang menggunakan bahasa Indonesia tersamat kata ‘Salam Sejahtera’.
Susilo Bambang Yudhoyono
SBY merupakan presiden pertama yang terpilih melalui pemilihan langsung. Arsip Perpustakaan Nasional mencatat ada 35 pidato di dua periode pemerintahan SBY.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya Megawati dan Gus Dur, SBY meneruskan tradisi mengucap salam dengan kata ‘Salam Sejahtera’. Salah satunya, dapat dilihat dalam pidatonya di rapat paripurna DPR pada 16 Agustus 2005. SBY juga kerap kali menggunakan kata bismiilah sebelum mengucap salam. Begini yang tertulis di naskah:
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua
Seluruh naskah pidato yang ia miliki memiliki format yang kurang lebih identik. Meski ada momen saat tak ada kata ‘assalamualaikum' di naskah pidatonya. Itu terjadi pada 18 Februari 2006, saat dia memberikan sambutan pada acara pembangunan Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. Pidatonya langsung saja, dimulai dengan kata ‘yang saya hormati’.
Joko Widodo
Salam pembuka semua agama ditunjukan untuk pertama kalinya oleh Presiden Jokowi. Presiden ke-7 RI itu menambahkan salam dari agama Kristen, Hindu, dan Buddha.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat dilihat dalam pidato Jokowi usai disumpah sebagai presiden pada 20 Oktober 2014. Dalam pidatonya itu, Jokowi menyinggung soal cita-cita mewujudkan Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. Begini cara Jokowi membuka pidatonya:
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Damai Sejahtera untuk kita semua
Om Swastiastu
Namo Buddhaya
Di arsip perpustakaan nasional, pidato Jokowi hanya ada satu yang terunggah. Namun, pidato yang lebih banyak ada di situs setneg.go.id. Seluruh naskah pidato yang dimiliki Jokowi kurang lebih memiliki salam pembuka yang sama.
Pada 14 Agustus 2019, Jokowi berpidato di hadapan DPR. Ini merupakan pidato terakhirnya sebagai Presiden RI periode 2014-2019 di sidang tahunan. Salam pembukanya adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi
Salam Damai Sejahtera untuk Kita Semua
Namo Buddhaya
Salam Kebajikan