Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Sistem Penyaringan di Ciliwung Akan Olah 52 Ton Sampah yang Mengalir di Kali
26 September 2022 12:59 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kiri), Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria (kanan), Direktur Utama PT PP (Persero) Tbk Rully Noviandar (kedua kanan) meninjau Proyek Pembangunan Sistem Pengambilan dan Treatment Sampah Badan Air. Foto: Aprillio Akbar/Antara Foto](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01gdvy31q00vbq8yaqrraek8hd.jpg)
ADVERTISEMENT
Proyek Sistem Pengambilan dan Treatment Sampah Badan Air melalui Rekayasa Sungai pada Kali Ciliwung, siap dibangun. Proyek ini merupakan penyaringan sampah di kali pertama di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Ini adalah proyek pertama kali dan bahkan pertama kali di Indonesia ada penyaringan (sampah) seperti ini," ujar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di lokasi proyek pembangunan penyaringan sampah Kali Ciliwung, TB Simatupang, Jakarta Selatan, Senin (26/9).
Proyek ini masih dalam tahap pembangunan. Nantinya penyaringan sampah ini akan menggunakan teknologi terbaru yang dapat mengolah 52 ton sampah yang mengalir setiap harinya di Kali Ciliwung.
"Kira-kira ini setara dengan 1 Bus TransJakarta jenis Tronton per hari. Bisa dibayangkan banyaknya sampah yang masuk 52 ton per hari," kata Anies.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menyebutkan, selain di kawasan jembatan TB Simatupang, nantinya program ini akan menyasar di Kali Pesanggrahan.
"Kita akan coba lagi izin Pak Gubernur di kali Pesanggrahan, pak. Kita lagi survei untuk titik lokasinya, dan mudah-mudahan nanti kalau bisa kita coba alokasikan anggarannya, untuk yang kedua ini akan ada di kali Pesanggrahan," ucap Asep.
ADVERTISEMENT
Pola penyaringan di TB Simatupang ini akan ada dua penyaringan. Satu penyekat untuk sampah besar, lalu penyekat kedua untuk sampah kecil.
Penyekat sampah besar rata-rata akan menyaring sampah seperti kayu, bambu, bahkan lemari ataupun kasur.
"Yang nanti di saringan pertama, itu kemudian kita alirkan sampahnya, kemudian diambil sampahnya, kemudian kita kelola kita crusher (cacah), kita pilah lagi mana yang memang organik mana yang anorganik," lanjut Asep.
Setelah dicrusher atau dicacah menjadi seukuran 5 cm nantinya akan dibawa ke bank sampah untuk yang anorganik, sedangkan yang organik dapat dijadikan pupuk kompos.
Sebagai informasi, Dinas LH DKI Jakarta sedang berusaha untuk menjalin kerja sama dengan perusahaan semen swasta untuk penjualan bahan material sampah hasil olahan sebagai Refuse Derived Fuel atau RDF.
ADVERTISEMENT
Penyaring sampah ini berada di jembatan Jalan TB Simatupang, perbatasan antara Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.
Biasanya, di Kali Ciliwung khususnya saat musim hujan, volume sampah meningkat. Air dari hulu yang sangat deras juga membuat sampah mengalir lebih cepat.
Biasanya, sampah tersangkut di sejumlah jembatan, misalnya di Kalibata, Kampung Melayu, dan ujungnya di Pintu Air Manggarai.
Dengan adanya sistem penyaringan sampah ini, sampah dari hulu bisa dibelokkan, dipilah, dan digunakan lagi untuk berbagai kebutuhan. Sisanya diangkut ke TPST Bantar Gebang.
Dengan begitu, secara otomatis mengurangi beban pengambilan sampah yang biasanya terpusat di pintu air Manggarai.
Reporter: Muhammad Fadlan Nuril Fahmi