Sri Mulyani Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2017 Mencapai 5,3 Persen

30 Mei 2017 17:39 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jokowi dan Sri Mulyani di Istana. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi dan Sri Mulyani di Istana. (Foto: Yudhistira Amran Saleh/kumparan)
Membaiknya neraca perdagangan Indonesia dinilai akan mengerek pertumbuhan ekonomi domestik sepanjang tahun ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan selain neraca perdagangan, pertumbuhan juga akan ditopang membaiknya investasi dan stabilnya konsumsi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sri Mulyani mengaku optimistis dengan kondisi tersebut maka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Rancangan APBN Perubahan (RAPBNP) 2017 bisa mencapai 5,3 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan target pemerintah dalam APBN sebesar 5,1 persen.
"Untuk bisa mencapai 5,3 persen kita harus tumbuh lebih tinggi di kuartal 2,3, dan 4, sekitar 5,4. ini adalah suatu tantangan yang tidak mudah," kata Sri Mulyani di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (30/5).
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2017 mencapai 5,01 persen year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dari kuartal I-2016 yang sebesar 4,92 persen (yoy).
Menurut Sri Mulyani, beberapa indikator ekonomi juga memperlihatkan tren positif. Dalam RAPBNP 2017 yang akan diajukan ke DPR pada awal Juni 2017, pemerintah melakukan revisi pendapatan negara, yakni dari perubahan harga minyak yang saat ini sudah mencapai 50 dolar AS per barel.
ADVERTISEMENT
Sedangkan dalam APBN, asumsi harga minyak adalah 45 dolar AS per barel. "Kita juga melihat dari sisi cost recovery mungkin akan ada kenaikan sedikit," ujarnya.
Namun, Sri Mulyani mengatakan tahun ini masih akan tekanan dari sisi penerimaan negara. Berdasarkan evaluasi setelah pelaksanaan pengampunan pajak atau tax amnesty, pertumbuhan penerimaan perpajakan tidak akan mencapai target.
"Berdasarkan APBN 2017 dengan penerimaan 2016, itu asumsinya ada pertumbuhan 16 persen. kita mungkin akan hanya sekitar 13 persen (pertumbuhan)," katanya.
Sri Mulyani tidak merinci berapa koreksi target penerimaan negara dari sektor perpajakan. Namun berdasarkan APBN 2017, penerimaan negara dari sektor perpajakan ditargetkan mencapai Rp 1.498,9 triliun.
ADVERTISEMENT
"Sehingga secara total APBN 2017 ini akan ada kenaikan penerimaan dari harga minyak, tapi ada penurunan dari penerimaan pajak. Secara total mungkin ada net sekitar Rp 15 triliun," ujarnya.
Berikut Postur APBN 2017
Penerimaan Negara (Perpajakan, PNBP, dan Hibah) Rp 1.750,3 triliun
Belanja Negara Rp 2.080,5 triliun
Defisit 2,41 persen terhadap PDB atau Rp 330,2 triliun
Asumsi makro Pertumbuhan ekonomi: 5,1 persen Inflasi: 4 persen Tingkat bunga SPN 3 bulan: 5,3 persen Nilai tukar rupiah: Rp 13.300 per dolar AS Harga minyak: 45 dolar AS per barel Lifting minyak: 815 ribu barel per hari Lifting gas: 1.150 MPOEPD