Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Mulai Jumat (3/12) pukul 24.00 WIB, siaran TV analog di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) resmi dimatikan. Kebijakan ini membuat sejumlah warga kelimpungan mencari set top box (STB). Banyak warga mendapati STB kosong di toko-toko antena.
ADVERTISEMENT
STB merupakan alat untuk mengubah sinyal digital menjadi gambar dan suara yang ditampilkan di TV analog biasa.
"Betul cari STB. Ternyata kosong. Sudah 2 tempat kosong," kata Sahrudin salah seorang warga yang tengah mencari STB di kawasan Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Sabtu (3/12).
Sahrudin memilih untuk pasrah. Dia menunggu stok STB kembali ada di toko-toko. Sementara waktu, dia pun puasa nonton TV.
"Puasa nonton TV. Betul (pas Piala Dunia) masyaallah ini," katanya.
Dia pun menyayangkan pemerintah yang tampak belum siap menerapkan kebijakan ini. Seharusnya, ketika kebijakan dimulai ketersediaan barang juga terpenuhi.
Hal serupa juga dialami Benedictus David. Pria asal Kalasan, Kabupaten Sleman ini mengaku keliling ke beberapa toko antena di Kota Yogyakarta. Hasilnya, dia pulang dengan tangan kosong.
ADVERTISEMENT
"Iya saya cari STB buat di rumah. 2 toko ini kosong semua. Belum dapat sama sekali," kata David.
David mengaku tak berani jika beli STB secara online. Dia takut, barang yang dia beli berkualitas jelek.
"Produsen harus bikin banyak lagi. Kalau online kita nggak pegang langsung kan," katanya.
Harga STB Naik
Pemilik Pusat Antena Mutara Sri Harwati mengatakan bahwa dua tokonya di Wirobrajan kehabisan stok. Sejak tadi pagi, warga telah silih berganti membeli STB.
"Kondisi habis. Kemarin kita juga mikir karena pemerintah akan membagikan kita pun tidak stok terlalu banyak. Jadi kita takut juga misalnya nampung barang banyak," kata Sri.
Dia menjelaskan bahwa harga STB juga terus mengalami peningkatan sejak dimatikannya TV analog di Jabodetabek. Contohnya untuk STB Matrix yang dahulu Rp 275 ribu sekarang mencapai Rp 325 ribu.
ADVERTISEMENT
"Awalnya kita jual paling murah Rp 195 ribu terus Rp 210 ribu, Rp 250 ribu, Rp 275 ribu, macam-macam. Untuk Matrix yang paling mahal Rp 325 ribu karena kemarin itu ketika Bandung sama Jabotabek mati harga itu naik 3 kali," katanya.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Sri juga telah menghubungi sejumlah supplier untuk kembali mengirim STB. Namun, belum tahu barang akan dikirim kapan.
Di sisi lain, Sri mengakui banyak masyarakat yang belum paham bahwa penggunaan STB juga tetap membutuhkan antena UHF. Bahkan antenanya pun harus berkualitas untuk bisa menangkap sinyal.
"Harus dan harus dimaksimalkan, antena duduk nggak bisa. Antena di dalam ruangan itu no sinyal. Harus antena bagus," katanya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) DIY Wahyu Nugroho mengatakan bahwa dimatikannya TV Analog ini juga diiringi dengan pembagian STB kepada masyarakat yang membutuhkan. Total 163.436 STB dari Kemenkominfo telah terdistribusikan.
ADVERTISEMENT
"STB pembagian atau distribusi sudah 100 persen untuk wilayah di DIY. Jumlah penerimanya itu 163.436 total STB untuk di DIY," kata Wahyu pada Jumat (2/12) kemarin.
Mengenai siapa saja yang mendapatkan STB itu, Wahyu mengatakan bahwa data penerima berasal dari kabupaten dan kota. Data itu sudah diverifikasi pula di tingkat kelurahan dan kalurahan.
"Verifikasi di kalurahan dan kelurahan, setelah itu naik di Kabupaten dan langsung disampaikan ke Kominfo pusat," ujarnya.
Sekda DIY, Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan, pembagian STB ini langsung dari pusat, sehingga tentu masih banyak masyarakat yang berhak menerima tetapi belum mendapatkan STB.
"Tapi memang saya mendapatkan beberapa laporan beberapa yang berhak mendapatkan tapi belum mendapatkan," kata Aji.
Pihaknya meminta kepada Kominfo DIY bersama-sama dengan Kominfo kabupaten dan kota melakukan pendataan masyarakat membutuhkan yang belum mendapatkan STB. Data itu kemudian akan diusulkan ke pusat.
ADVERTISEMENT