Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Suasana Hangat Buka Puasa di Posko Pengungsian Banjir Pejaten Timur
4 Maret 2025 18:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Warga Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, menjalani Ramadan dengan suasana berbeda tahun ini.
ADVERTISEMENT
Banjir yang merendam rumah mereka sejak beberapa hari lalu memaksa sebagian warga mengungsi ke SMPN 46 dan area makam wakaf di Jalan Rukun Ujung, RT 005/RW 0065.
Meski jauh dari kenyamanan rumah, semangat berbuka bersama tetap terasa di tempat pengungsian.
Pantauan kumparan Selasa (4/3) sore, suasana di SMPN 46 mulai ramai. Warga duduk berkelompok menunggu pembagian makanan.
Beberapa warga terlihat berkumpul di dalam ruangan kelas SMPN 46 dengan makanan dan teh hangat yang sudah dibagikan.
Warga yang mengungsi di TPU, berbuka di musala dekat TPU sambil bersalawat menunggu waktu berbuka.
Di dapur umum sederhana, warga sibuk menyiapkan hidangan berbuka puasa. Ketua RT 005, Suwardi, mengatakan bahwa mereka menyiapkan ratusan porsi makanan setiap harinya untuk pengungsi.
ADVERTISEMENT
“Kurang lebih, tadi berapa ya? Kalau enggak salah hampir 200, hampir 300 lah,” kata Suwardi.
Jumlah pengungsi memang cukup banyak. Suwardi menyebutkan, total warga di RT 005 mencapai lebih dari seribu jiwa.
“Di sini saya kalau jiwa, seluruhnya ya, seluruhnya itu hampir 1225 jiwa 1 RT,” ujarnya.
Namun, pembagian makanan diprioritaskan bagi warga yang rumahnya terendam banjir.
“Yang banjir sama yang dampak ya. Tapi kita utamakan yang banjir dulu. Yang dimakan gitu. Pokoknya intinya kita utamakan yang terkena banjir. Setelah kalau memang ada lebihnya, baru kita kasih yang dampaknya,” jelas Suwardi.
Meski di tengah keterbatasan, mereka berusaha menjaga kebutuhan makan selama Ramadan. Untuk sahur, mereka masih mengandalkan bantuan dari Dinas Sosial.
ADVERTISEMENT
“Sahur kita nanti nunggu dari Dinas Sosial,” kata Suwardi.
Sementara untuk berbuka, dapur umum mulai aktif sore ini. Anggaran untuk penyediaan makanan didapat dari sumbangan para donatur.
“Anggarannya kita dari donatur ya. Nah terus kalau ini kan semacam, misalkan isinya ini telur sama mi instan ya, ya dari donatur yang kasih. Beras, Indomie, ya itu yang kita olah,” paparnya.
Namun, Suwardi mengakui bahwa mengelola dapur umum bukan perkara mudah. Selain bahan pokok, mereka juga membutuhkan berbagai perlengkapan pendukung.
“Nah makanya kan saya bilang, buat posko banjir atau dapur umum itu nggak mudah. Sekarang contohnya kita berasnya banyak, misalkan ada Indomie, ada telur, tapi kan kita perlu juga anggaran yang lainnya. Contohnya misalkan minyak atau perlengkapan lainnya. Jadi paling isinya cuma mi aja. Karena memang yang ada yang kita olah. Mi sama telur,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Untuk urusan memasak, warga mendapat bantuan dari warga yang bekerja dibidang jasa katering. Proses pengemasan dibantu oleh anggota Dasawisma dan Karang Taruna.
“Ini, yang punya katering ini yang saya bilang. Jadi kita minta tolong sama katering, beliau yang masakin. Nanti untuk bungkusin dibantu sama Dasawisma atau Karang Taruna, yang bagikan juga nanti beliau yang bagikan,” kata Suwardi.
Meski hanya dengan menu sederhana, suasana berbuka di pengungsian terasa hangat. Kebersamaan menjadi penguat di tengah kondisi sulit. Warga berharap banjir segera surut agar mereka bisa kembali ke rumah dan menjalani Ramadan dengan tenang.