Sudah 12 Hari Harimau Sumatera Tidur di Gubuk di Kebun Warga di Gayo Lues, Aceh

11 Juli 2022 15:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tino, Harimau Sumatera berusia 9 tahun yang terpapar COVID-19 di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta, Minggu (1/8).  Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Tino, Harimau Sumatera berusia 9 tahun yang terpapar COVID-19 di Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Jakarta, Minggu (1/8). Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
Kemunculan seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) telah meresahkan petani di Kampung Blangtemung, Kecamatan Dabun Gelang, Kabupaten Gayo Lues, Aceh. Satwa dilindungi itu sudah 12 hari tidur di dalam gubuk milik warga.
ADVERTISEMENT
Salah seorang petani di Blangtemung, Zakaria mengatakan, akibat kemunculan satwa tersebut selama ini para petani tidak ada yang berani pergi ke kebun.
“Itu memang di kebun kami, kebun tembakau di Blangtemung. Itu sudah 12 hari hingga Minggu (10/7) kemarin. Tidur dia (harimau) itu di gubuk kita,” katanya saat dihubungi kumparan via telepon, Senin (11/7).
Zakaria menyebutkan, beberapa hari lalu warga sempat mencoba memberanikan diri bersama-sama ke kawasan kebun. Namun, setiba di sana Harimau itu tetap tidak mau pergi.
“Waktu kami ke sana, tetap dia di sana juga tidak lari atau pergi. Itu gubuknya seperti rumah, harimau itu tidur di bagian belakangnya,” ujar.
Kendati demikian, sebut Zakaria, sejak tadi malam hingga hari ini terpantau harimau itu sudah tidak berada di dalam gubuk. Akan tetapi, warga khawatir satwa tersebut bakal kembali lagi ke kebun mereka.
ADVERTISEMENT
“Tadi malam sudah tidak tidur lagi, tetapi tidak menutup kemungkinan akan kembali lagi. Itu yang kita khawatirkan sebenarnya,” ucapnya.
Zakaria mengungkapkan, sekitar 20 persen masyarakat di Blangtemung mencari nafkah dari hasil berkebun. Namun, selama ini aktivitas warga terganggu akibat kemunculan harimau tersebut.
“Hari ini cuma saya yang ke atas (ke kebun) yang lain tidak berani. Selama ini belum ada konflik dengan harimau. Cuma kita khawatir itu akan terjadi,” tuturnya.
Paska kemunculan harimau itu, kata Zakaria, warga melalui lembaga FKL sudah melaporkan ke BKSDA dan juga Polhut. Akan tetapi, hingga hari ini belum ada penanganan dan tindak lanjutnya.
“Sampai hari ini belum ada tindak lanjut atau penanganan serius. Kalau memang misalnya BKSDA mungkin tidak punya waktu atau ada hal lain sehingga tidak bisa datang, terpaksa kami tangani sendiri,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
“Selama ini masih ditahan sama warga, karena kita tidak mau ribut. Warga juga peduli dengan satwa, makanya selama ini kami biarkan dia di sana. Tetapi kalau terlalu lama berkeliaran di kebun, otomatis berdampak pada perekonomian warga,” tambahnya.
kumparan telah mencoba menghubungi Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto via WhatsApp terkait kemunculan harimau itu. Namun, hingga saat ini Agus belum menjawab konfirmasi tersebut.