Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Suka Duka Petugas Call Center Corona di Karawang Terima Ratusan Aduan Warga
5 Juli 2021 14:42 WIB
ยท
waktu baca 2 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:56 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di tengah tumpukan laporan itu, tak sedikit komplain yang ia terima dari warga. Banyak dari mereka yang ingin dilayani dengan segera. Bahkan ada yang marah karena pasien telah meninggal dunia.
"Percuma, orangnya sudah meninggal," ujar penelepon kepada Eka.
Ia hanya pasrah mendengar hal tersebut. Sebagai manusia, ia berusaha berempati. "Kami hanya bisa berbela sungkawa," ujar Eka, Senin (5/7).
Pernah, kata Eka, ada keluarga yang ingin dilayani karena anggotanya terkena corona dengan sejumlah gejala. Petugas menyarankan untuk menghubungi petugas RT atau Satgas kecamatan.
"Pemilik suara kukuh, ia minta pelayanan dari Satgas kabupaten," kenangnya.
Sebelumnya ada juga pelapor yang ingin segara dilayani. Akan tetapi yang bersangkutan belum lapor. "Setelah kami follow up, ternyata belum lapor. Lalu orangnya sudah meninggal," paparnya.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan respons warga masih dianggapnya wajar. Sebab mereka diserang rasa panik. "Kami tanggapi dengan tenang," tegasnya.
Dalam dua pekan terakhir, rentetan pesan masuk ke dalam hotline WhatsApp. Banyak yang tanya soal vaksin dan tes antigen. Ada juga laporan kerumunan dari warga.
"Biasanya telepon dan chat yang masuk di bawah 50 per hari, sekarang naik di atas 100," kata Eka.
Ia bersama dengan lima rekannya setiap hari menjawab laporan warga. Tujuh hari tanpa libur. "Sehari tiga shift. Shift pertama dari jam tujuh pagi sampai tiga sore, shift kedua dari tiga sore sampai jam 10 malam, shift ketiga dari jam 10 malam sampai tujuh pagi," terang Eka.
Eva Anggia, rekan Eka, mengatakan senang bisa membantu masyrakat. Saking banyaknya pesan yang masuk, untuk mencari waktu luang untuk istirahat makan saja susah.
"Beberapa kali saya punya pengalaman, ada keluarga pasien yang kami bantu, beberapa saat kemudian keluarganya mengabari kalau pasien sudah meninggal dunia. Kami bersyukur bisa membantu sebisa kami, meski pasien meninggal dunia," kata Eva.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, baik Eva dan Eka tetap memiliki perasaan khawatir dan takut. Mereka takut kabar itu datang dari keluarga sendiri. Untuk mengatasi ketakutan, Eka tidak pernah lelah memberi edukasi ke lingkaran keluarganya.
"Saya edukasi keluarga, alur penanganan kalau positif COVID-19 seperti apa. Bagaimana cara lapor ke Satgas. Bagaimana cara mendapatkan obat dan penanganan dari Puskesmas setempat," sambung Eka.
Sementara itu, terpisah, Dandim 0604/Karawang Letkol Inf. Medi Hariyo Wibowo membenarkan soal angka kenaikan laporan masyarakat ke petugas pusat panggilan.
"Iya. Banyak laporan mengenai kerumunan juga. Langsung ditindaklanjuti Satgas," tutup Dandim.