Suka Duka Seorang Kapten Pilot Perempuan

14 April 2017 12:47 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ida Fiqriah, kapten pilot perempuan pertama GI. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ida Fiqriah, kapten pilot perempuan pertama GI. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
Menjadi seorang kapten pilot tentu tidaklah mudah, terlebih untuk seorang perempuan. Untuk meraih gelar tersebut, Ida Fiqriah berjuang keras dan menghadapi berbagai tantangan hingga akhirnya ia berhasil menyandang gelar tersebut.
ADVERTISEMENT
“Saya mendapat kehormatan dan dinyatakan mampu dan dikasih kepercayaan untuk berada di posisi sekarang itu pastinya lega dan senang. Tapi di lain pihak pasti bertambah kewajiban, bertambah kewaspadaan, serta bertambah tanggungjawabnya,” ujar Ida saat ditemui di Gedung Garuda City Center, Tangerang, Banten, Kamis (13/4).
Selama 18 tahun Ida berkarir sebagai penerbang, ia mengaku pernah mengalami beberapa kejadian tak terlupakan. Ida tidak menceritakan mengenai kejadiannya. Namun ia mengaku bisa mengatasi hal itu, dan menurutnya itu masih dalam batas normal.
“Selama menerbangkan pesawat banyak sih kejadian, sejauh ini masih normal-normal aja. Tapi saya selalu berusaha untuk menetralisir, tidak terbawa. Apa yang sudah terjadi di masa lalu ambil hikmahnya, ambil pelajarannya, jadikan bekal untuk menghadapi masa yang akan datang,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ida Fiqriah, kapten pilot perempuan. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ida Fiqriah, kapten pilot perempuan. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
Kepada kumparan (kumparan.com) ia bercerita, selama berkarir sebagai penerbang perempuan, ia tidak pernah dibeda-bedakan dengan penerbang pria. Ia diperlakukan sama. Namun, seorang perempuan memiliki hak-hak khusus seperti cuti hamil atau datang bulan.
“Kalau treat khusus yang jelas untuk jadi seorang penerbang itu ada batasan yang harus dipenuhi. Sepanjang orang itu memenuhi kualifikasi, dia pasti mengikuti ke tahap selanjutnya. Hanya saja wanita memiliki waktu untuk libur tertentu seperti melahirkan sampai benar-benar dinyatakan layak terbang lagi, atau datang bulan misalnya,” katanya.
Ida selama ini mengoperasikan pesawat tipe Boeing B737-800 NG (narrow body aircraft) dan berhasil mencapai 10.585 jam terbang. Sebelum dinobatkan sebagai kapten pilot perempuan pertama, ia juga menjadi pilot perempuan pertama di Garuda. Ia telah membawa penumpang baik di dalam negeri maupun ke luar negeri. Saat ini, rute terjauhnya adalah Benua Eropa.
ADVERTISEMENT
“Untuk Indonesia semua rute penerbangan sudah saya tempuh, dari Aceh sampai Merauke. Perjalanan terjauh saya saat ini membawa penumpang adalah ke Belanda,” katanya.
Ida bisa disebut sebagai Kartini modern saat ini. Jenjang profesinya diharapkan memberikan inspirasi bagi seluruh perempuan di Indonesia.