Supermodel AS Bella Hadid Cekcok dengan Menteri Israel soal Hak Rakyat Palestina

27 Agustus 2023 16:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bella Hadid Foto: dok. Alberto PIZZOLI / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Bella Hadid Foto: dok. Alberto PIZZOLI / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Supermodel keturunan Belanda-Palestina, Bella Hadid, terlibat dalam perdebatan panas dengan Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir di media sosial, pada Jumat (26/8).
ADVERTISEMENT
Buntut perdebatan itu, Ben-Gvir — tokoh ekstremis Yahudi yang secara terbuka menyuarakan kebenciannya terhadap kaum Arab dan Palestina, menyebut Bella sebagai 'pembenci Israel'.
Dikutip dari Associated Press, perdebatan bermula dari komentar kontroversial Ben-Gvir dalam wawancaranya dengan stasiun televisi lokal Channel 12, pada Rabu (24/8).
Ben-Gvir berpendapat, hak pemukim Yahudi mendapatkan kebebasan bergerak di Tepi Barat itu lebih penting dibandingkan memberikan hak yang sama bagi warga Palestina.
Salah satu pemukim ilegal di Kiryat Arba, dekat Kota Hebron, Tepi Barat, ini menegaskan sehubungan dengan itulah aktivitas warga Palestina harus dibatasi demi keamanan keluarganya.
Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben-Gvir (kedua kiri) mengunjungi kompleks Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Foto: Minhelet Har-Habait/via REUTERS
"Hak saya, hak istri dan anak-anak saya, untuk bergerak di sekitar Yudea dan Samaria lebih penting daripada kebebasan bergerak bagi orang Arab," kata Ben-Gvir, mengacu pada sebutan Tepi Barat dalam Alkitab.
ADVERTISEMENT
Berbicara kepada host wawancara keturunan Israel-Arab yang kala itu berada di studio bersamanya, Mohammad Magadli, Ben-Gvir menambahkan: 'Maaf, Mohammad, tetapi itulah kenyataannya'.
Menanggapi hal ini, Bella — yang memiliki keturunan Palestina dari garis ayahnya, membagikan kutipan dari wawancara Ben-Gvir kepada 59,5 juta pengikutnya di Instagram, pada Kamis (25/8).
Bella Hadid saat Ikut Aksi Bela Palestina di Jalanan New York Foto: Instagram @mohamedhadid
"Di mana pun, kapan pun, terutama di tahun 2023, tidak boleh ada satu nyawa yang lebih berharga daripada nyawa yang lain. Terutama hanya karena etnis, budaya, atau kebencian yang mereka miliki," tulis Bella bersamaan dengan kutipan wawancara Ben-Gvir.
Gadis berusia 26 tahun yang besar di Amerika Serikat itu kemudian mengunggah video dari kelompok pembela HAM terkemuka Israel, B'Tselem. Rekaman memperlihatkan tentara Israel di Kota Hebron menyampaikan larangan untuk warga Palestina melintasi jalan tertentu, sebab jalan itu diperuntukkan khusus bagi kaum Yahudi.
ADVERTISEMENT
"Apakah ini mengingatkan siapa pun tentang sesuatu?" sambung Bella.

Dianggap Pembenci Israel

Mengetahui tanggapan Bella, Ben-Gvir keesokan harinya langsung merespons dengan komentar pedas.
Ben-Gvir mengejek Bella sebagai 'pembenci Israel', menuding Bella bersikap rasis — lantaran hanya membagikan sepenggal dari wawancara tersebut di media sosial untuk memancing kebencian.
"Saya mengundang Anda ke Kiryat Arba, untuk melihat bagaimana kami hidup di sini, bagaimana setiap hari, orang-orang Yahudi yang tidak melakukan kesalahan apa pun dalam hidup mereka dibunuh di sini," tulis Ben-Gvir dalam platform X, pada Jumat (26/8).
Pasukan Israel berjaga di sekitar sebuah bangunan yang dihancurkan oleh buldoser tentara di Hebron, Palestina, Senin (31/10/2022). Foto: Hazem Bader/AFP
Namun, Reuters menyebut, tampaknya tidak hanya Bella yang mengkritik komentar kontroversial Ben-Gvir.
Kementerian Luar Negeri Palestina pada Kamis (25/8) mengutuk komentar Ben-Gvir sebagai rasis dan keji, disusul oleh pernyataan Kementerian Luar Negeri AS yang menyebut komentar itu bersifat provokatif dan rasis.
ADVERTISEMENT
Para pengamat juga menganggapnya sebagai bukti ambisi politik Israel sudah berubah menjadi sistem apartheid, yang berusaha mempertahankan hegemoni Yahudi dari Sungai Yordan ke Laut Mediterania.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi lokasi serangan penembakan di Neve Yaacov, Yerusalem, Jumat (27/1/2023). Foto: Ronen Zvulun/REUTERS
Meski demikian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka membela Ben-Gvir. Netanyahu menyebut, pemerintahannya memang telah mengizinkan kebebasan bergerak semaksimal mungkin di Tepi Barat.
Namun, kata Netanyahu, militan Palestina justru memanfaatkan kebebasan bergerak ini untuk membunuh wanita, anak-anak, dan keluarga Israel dengan cara menyergap mereka di titik-titik tertentu pada rute jalan yang berbeda.
"Inilah yang dimaksud oleh Menteri Ben-Gvir ketika ia mengatakan 'hak untuk hidup mendahului kebebasan bergerak'," tambah Netanyahu.