Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Aksi protes pecah di ibu kota Suriname , Paramaribo. Ratusan warga marah atas kenaikan biaya hidup dilaporkan bentrok dengan pasukan keamanan.
ADVERTISEMENT
Situasi berlangsung ricuh, para demonstran itu menjarah pertokoan di pusat kota dan menyerbu gedung pemerintahan dan parlemen.
AFP melansir, para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menentang kenaikan harga makanan, bensin, dan listrik seraya menuding bahwa pemerintah Paramaribo telah melakukan korupsi.
Mereka menuduh Presiden Suriname, Chan Santokhi, merupakan penyebab meroketnya biaya hidup, inflasi yang melambung tinggi, serta besarnya utang kepada negara asing.
“Chan, keluar!” teriak para demonstran — menuntut pengunduran diri orang nomor satu di salah satu negara Amerika Selatan itu.
Beberapa orang demonstran melemparkan batu dan botol ke arah pasukan keamanan, lalu kemudian dibalas dengan tembakan gas air mata hingga peluru karet.
Meski berlangsung ricuh, tetapi salah seorang demonstran bernama Agnes mengaku antusias berpartisipasi dalam aksi protes tersebut untuk menyuarakan amarahnya terhadap pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Saya pulang kerja lebih awal untuk ikut protes. Saya bahkan tidak sampai di pertengahan bulan,” kata Agnes. “Saya punya tiga anak yang harus saya beri makan dan dua pekerjaan,” imbuhnya.
Dalam sebuah pernyataan, pemerintahan Santokhi mengatakan bahwa para pengunjuk rasa berupaya menyerbu gedung Majelis Nasional secara paksa dan menyebabkan kerusakan.
Pihaknya pun mengecam aksi kekerasan yang terjadi dan menjanjikan tindakan tegas terhadap mereka yang terlibat demonstrasi.
“Pemerintah telah membentuk satuan tugas khusus yang bertugas untuk mencari, menangkap dan menyerahkan kepada pihak berwenang sesegera mungkin mereka yang bertanggung jawab atas tindakan ini,” bunyi pernyataan itu.
Secara terpisah, Santokhi menanggapi aksi protes itu melalui sebuah pidato yang disiarkan di televisi nasional. “Insiden-insiden masih terjadi di lingkungan dan distrik-distrik,” ucap Santokhi.
ADVERTISEMENT
“Tentara dan polisi telah dikirim ke sana,” sambung dia, seraya menambahkan bahwa Santokhi hendak memperkuat keamanan sekaligus mengungkapkan keterbukaannya untuk berdialog dengan para demonstran.
Aksi protes ini merupakan imbas dari krisis ekonomi yang kian mencengkram penduduk serta nilai tukar mata uang asing yang kian menurun.
Akibatnya, 600.000 penduduk di negara yang didominasi oleh suku Jawa ini semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari — meskipun sudah bekerja di dua tempat sekaligus.
Kesulitan warga semakin rumit, ketika pemerintah mengumumkan rencananya untuk menghapus subsidi listrik, gas, dan kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Langkah ini disebut sejalan dengan pemangkasan pengeluaran yang diwajibkan oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) agar Suriname dapat membayar utang luar negerinya.
ADVERTISEMENT