Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1

ADVERTISEMENT
Penelitian dan pengembangan Kompas (Litbang Kompas) memaparkan hasil survei dan penelitian terkait penerimaan anggota Polri tahun anggaran 2019.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut dilakukan di 6 wilayah kepolisian daerah (polda), yakni Polda Sumatera Utara, Polda Jawa Barat, Polda Kalimantan Barat, Polda Nusa Tenggara Barat, Polda Sulawesi Selatan, dan Polda Maluku.
Peneliti Litbang Kompas, Bernardus Satrio, menyebut wilayah tersebut dipilih karena mewakili Indonesia. Di samping itu, 6 polda memiliki animo tertinggi.
“Masyarakat dipantau paling banyak mendaftar jadi anggota Polri di 6 polda dan Akpol,” ucap Bernadus saat acara Focus Group Discussion di Hotel Grandkemang, Jakarta Selatan, Selasa (19/11).
Penelitian menggunakan metode kualitatif dan in depth interview terhadap 310 pendaftar yang menempuh jalur penerimaan Polri, dengan rincian 30 orang Tamtama, 248 Bintara, dan 32 calon Taruna Akpol. Penelitian dilakukan pada tanggal 15-30 Juni 2019.
ADVERTISEMENT
Kompas mencoba melihat persepsi publik dari para pendaftar terkait dengan isu “orang dalam” yang bisa membantu mereka dalam proses seleksi. Hasil penelitian menunjukkan sejumlah pendaftar yakin dengan kehadiran orang dalam dapat membantu proses seleksi.
Jumlah responden kali ini berjumlah 280 orang, diambil dari pendaftar Bintara dan Tamtama dari 6 polda yang mendaftar di Sekolah Polisi Negara (SPN) masing-masing Polda.
“11 persen pendaftar masih percaya, bantuan orang dalam dari internal Polri atau panitia seleksi bisa meloloskan mereka. Lalu 18 persen pendaftar juga percaya, panitia atau orang dalam bisa mengubah hasil tes, sedangkan 9 persen pendaftar masih percaya, dengan memberikan imbalan, proses seleksi bisa dilalui hingga dinyatakan memenuhi syarat (MS),” ucap Bernardus.
ADVERTISEMENT
Kompas juga melihat pengaruh persepsi ini kepada mereka yang masih mengikuti seleksi, sebanyak 136 orang dan 144 orang yang telah mengikuti seleksi dan sudah dinyatakan tidak memenuhi syarat (TMS).
Hasilnya, mereka yang masih menempuh seleksi terlihat sedikit optimistis. 99 persen peserta yakin mereka bisa menembus seleksi tanpa bantuan orang dalam, hanya 1 persen peserta yang merasa tidak yakin.
“Dari 280 tadi, ada 144 yang sudah dinyatakan tidak memenuhi syarat. Persepsi orang dalam bagi mereka yang gagal bergabung ternyata besar ada 5 persen pendaftar merasa sangat yakin, 14 persen merasa yakin, 8 persen merasa agak yakin jika ada bantuan dari panitia, penguji atau orang dalam,” ucap Bernardus.
Meski demikian, mayoritas, yakni 43 persen masih merasa sangat tidak yakin, 20 persen tidak yakin, dan 10 persen agak tidak yakin bisa lolos jika ada bantuan dari panitia, penguji atau orang dalam.
ADVERTISEMENT
Penembak di Atas Kuda dan Persepsi Orang Tua Pendaftar
'Penembak di atas kuda' merupakan istilah bagi para pencari untung, dengan memanfaatkan kekuatan finansial agar bisa diterima menjadi anggota Polri.
Dari 280 responden yang mendaftar sebagai calon anggota Polri melalui polda, 3 persen masih menerima telepon dan ditawari menggunakan jasa “orang dalam” agar bisa lolos seleksi.
“Ada 4 calon siswa (casis) Sumatera Utara, 2 casis di Nusa Tenggara Barat, dan 2 casis di Papua. Dari jumlah tersebut 3 casis menyebut pernah dihubungi oleh orang yang mengaku anggota Polri dan menawarkan jasa, 5 casis lainya tidak tahu siapa yang menghubungi,” kata Bernardus.
Kompas juga melihat bagaimana sebagian orang tua pendaftar masih percaya dengan orang dalam. Buktinya, 41 persen orang tua casis masih yakin dengan bantuan orang dalam, panitia atau penguji. Jumlah tersebut dibagi menjadi 3 kategori, yakni 8 persen sangat yakin, 24 persen yakin, dan 9 persen agak yakin.
ADVERTISEMENT
“Mayoritas sebenarnya tidak yakin dengan bantuan penguji, panitia seleksi, maupun internal polri bisa meloloskan casis ke tahap selanjutnya. 10 persen merasa sangat tidak yakin, 39 persen merasa tidak yakin, 11 persen agak tidak yakin,” ucap Bernardus.
Data Komplementer Litbang Kompas, Tidak Yakin Penerimaan Polisi Bebas dari Suap
Untuk menunjang data utama, Kompas juga melakukan survei melalui telepon guna mengetahui persepsi publik tentang SDM Polri serta pola rekrutmennya. Survei dilakukan pada 7-8 Agustus 2019, dengan 525 responden dengan cakupan nasional, dengan margin error kurang lebih 4,3 persen.
Hasil survei menampilkan, mayoritas responden percaya bahwa SDM Polri semakin baik. Jumlahnya 51,4 persen. 34,7 persen mengatakan sama saja, 10,1 persen mengatakan semakin buruk dan 3,8 persen menyatakan tidak tahu.
ADVERTISEMENT
Untuk pola rekrutmen, mayoritas publik masih merasa tidak yakin, institusi penegak hukum ini memiliki pola rekrutmen yang bebas suap.
“69,7 persen responden merasa tidak yakin, cukup besar dibanding 22,1 persen yang merasa yakin. Sementara sisanya, yakni 8,2 persen menjawab tidak tahu,” tutup Bernardus.