Syuting Uji Nyali di Rumah Korban Perampokan Pulomas Tuai Kecaman

19 Maret 2018 23:10 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil jenazah tiba di rumah korban perampokan. (Foto: Rivi Satrianegara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil jenazah tiba di rumah korban perampokan. (Foto: Rivi Satrianegara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Rumah almarhum Dodi Triono, korban perampokan dan pembunuhan sadis di Pulomas, Jakarta Timur dijadikan lokasi syuting uji nyali oleh salah satu program televisi swasta. Hal ini diprotes oleh pihak kerabat, salah satunya mantan istri almarhum Dodi, Sapphirra.
ADVERTISEMENT
Lewat akun Instagramnya @Shappirra mengungkapkan kekesalannya atas acara tersebut. Saphirra mengatakan apa yang disampaikan dalam program TV tersebut adalah tidak benar.
"Mau uji nyalinya kenapa nggak langsung minta izin ke dalam saja, langsung berdiam diri di dalam kamar mandi, dalam kegelapan, tanpa udara. Ngapain di luar pagar yang banyak orang dan satpam-satpam, terang benderang, bisa napas enak, benar-benar bodoh," tulisnya, seperti dikutip kumparan, Senin (19/3).
Ia mengaku sering mengunjungi rumah itu hingga larut malam dan tidak terjadi apapun. Hal itu membuat Saphirra mempertanyakan maksud dari acara tersebut.
"Ngga minta izin tapi menggambarkan keadaan yang benar ngaco nih program TV, secara aku dan Anette, teman-teman, kakak-kakak dan Doddy Triono, tak jarang sampai malam di sana, dan aman-aman saja, maksudnya apa?" katanya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga mengancam akan membawa ke ranah hukum atas kejadian itu. "Jangan sampai karena berita ini kami menempuh jalur hukum. Siap-siap saja untuk itu," pungkasnya.
Untuk mengkonfirmasi pernyataan tersebut, kumparan sudah coba menghubungi Saphirra. Namun, hingga berita ini ditayangkan Saphirra belum menjawab.
kumparan juga telah menghubungi Aldri, Senin (19/3). Aldri merupakan agen perumahan yang menjual rumah milik almarhum Dodi. Aldri mengaku syuting tersebut dilakukan tanpa sepengetahuannya dan tidak seizin keluarga almarhum.
Aldri menyayangkan pihak program televisi yang tidak meminta izin atau meneleponnya terlebih dahulu, ia pun membantah bahwa apa yang disampaikan dalam acara itu tidak benar. Selain itu, Aldri menyebut semenjak rumah almarhum Dodi dijadikan lokasi syuting, ia mendapat sedikitnya 250 nomor telepon iseng yang meneleponnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, kumparan sudah mencoba menghubungi program televisi yang melakukan syuting di rumah almarhum Dodi, namun hingga berita ini diturunkan belum ada jawaban.
Keluarga besar almarhum Dodi Triono menjadi korban perampokan dan pembunuhan sadis di Pulomas, Jakarta Timur, pada akhir 2016. Dodi bersama ketiga anaknya dan enam pembantunya disekap dalam kamar mandi berukuran 1,5 meter x 1,5 meter.
Lima dari 11 korban selamat, sementara enam lainnya termasuk Dodi dan kedua putrinya meninggal dunia karena kehabisan oksigen.
Pada pertengahan 2017, rumah mewah itu direncanakan untuk dijual melalui agen perumahan, tapi hingga saat ini belum ada yang membeli.
Para pelaku memang telah dipenjara, tapi rumah almarhum Dodi yang jadi lokasi perampokan masih populer. Bahkan beberapa waktu lalu, rumah tersebut sempat dijadikan lokasi syuting uji nyali oleh sebuah program televisi swasta. Mereka melakukan syuting di halaman rumah almarhum Dodi.
ADVERTISEMENT
Zanette dan keluarga korban saat pemakaman. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Zanette dan keluarga korban saat pemakaman. (Foto: Akbar Ramadhan/kumparan)