Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Tak Hanya Prancis, RI Juga Jajaki Kerja Sama Alutsista dengan Inggris hingga AS
11 Februari 2022 12:23 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Namun, Analis Utama LAB 45 Andi Widjajanto menilai, Indonesia tidak hanya akan bekerja sama dengan Prancis untuk pengadaan dan pembelian alutsista.
"Bukan hanya dengan Prancis, kesepakatan sudah dijajaki dan dijalankan dengan Prancis, Inggris untuk [kapal perang] Fregate, Turki-Jerman untuk tank, Australia untuk kendaraan angkut personel. Spanyol untuk radar, Italia untuk Fregate, serta AS untuk F15 EX," ujar Andi kepada kumparan, Jumat (11/2).
Andi menganggap keputusan pemerintah membeli Rafale dan Scorpene dari Prancis sudah tepat. Hal tersebut dianggap sejalan dengan Rencana Strategis (Renstra) 2024 untuk memenuhi minimum essential force (MEF), yang menargetkan penguatan skuadron tempur untuk melindungi kawasan udara Indonesia.
"Ya (sudah tepat), bagian dari Renstra Kekuatan Pertahanan 2024 yang ditetapkan tahun 2006 yang merencanakan gelar 10-12 skuadron tempur untuk melindungi ruang udara Indonesia. Skuadron baru direncanakan mengadopsi pesawat tempur generasi 4, 4.5, dan 5," jelas Andi.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Andi menjelaskan, Rafale juga memiliki kapasitas dan kemampuan yang setara dengan pesawat-pesawat lain di kelasnya
"Relatif sama. Rafale berada di kelas yang sama dengan Su 30, F15 EX, F16 Viper, Euro Fighter Typhoon, dan Chengdu J10 yang merupakan pesawat tempur generasi 4.5," ungkap Andi.
"Perbedaan teknis bisa muncul tergantung dari spesifikasi mesin (tunggal atau kembar), avionik, navigasi, radar intersection, kemampuan muat (load) amunisi, yang akan berpengaruh ke misi taktis yang akan dijalankan," lanjut dia.
Kendati demikian, Andi menilai keberadaan Rafale belum akan berdampak banyak pada kekuatan udara Indonesia. Sebab, Indonesia memerlukan lebih banyak pesawat mengingat cakupan wilayah begitu luas untuk diawasi.
Selain itu, Renstra 2024 yang telah disampaikan sebelumnya hanya ditujukan untuk modernisasi pertahanan. Sehingga, menurut Andi, terlalu dini untuk membandingkan kekuatannya dengan negara yang jauh lebih mapan.
ADVERTISEMENT
"Renstra 2024 cenderung menggunakan pendekatan kapabilitas, ditujukan untuk melakukan modernisasi pertahanan dengan menggelar kekuatan minimum yang dibutuhkan untuk melindungi teritorial Indonesia, apa pun dinamika ancamannya. Cenderung tidak bisa dibandingkan dengan negara lain," tutup Andi.
Pembelian pesawat tempur memang menjadi salah satu perhatian. Sebab, Prabowo sebenarnya memiliki banyak pilihan, seperti SU-35 atau F-35. Belum lagi ancaman sanksi Amerika Serikat bila ada negara yang membeli Alutsista Rusia.