Tanah di Gunungkidul Rawan Berlubang karena Mengandung Gamping

7 Januari 2020 10:35 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tanah berlubang di Gunungkidul.  Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Tanah berlubang di Gunungkidul. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Fenomena lubang tanah menganga atau sinkhole terjadi di lahan pertanian di Desa Karangawen, Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunungkidul. Pakar geografi lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) sinkhole memang bisa muncul saat hujan terus mengguyur di kawasan bebatuan gamping atau karst.
ADVERTISEMENT
"Faktor batuan batu gamping itu kan punya fragmen-fragmen ya, pecah-pecah itu. Nah, pecah-pecah ini bagian dari kalau ada air itu dia tempat untuk larut ke bawah. Kemudian ada air menggenang maka ini kan struktur tanah dengan batu menjadi lembek dan tanah itu menjadi turun," kata Ketua Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana (KLMB) UGM, Suratman, saat ditemui di UGM, Senin (6/1).
Suratman menjelaskan waktu tanah itu turun akan terbentuk diameter yang amblas. Ketika hujan terus mengguyur maka akan terus ambles dan membentuk sinkhole.
"Sink itu tenggelam, hole itu lubang. Jadi terjadinya lubang tanah itu masuk," kata Suratman.
Tanah area karst ini, menurut Sutarman, memiliki struktur batuan kapur berpori. Yang terjadi selama ini fragmen lahan karst itu tertutup tanah. Tanah itulah yang dimanfaatkan masyarakat untuk bertani.
ADVERTISEMENT
Soal kabar bahwa sinkhole yang ditemukan di Gunungkidul memiliki sungai bawah tanah, Suratman menjelaskan itu bisa saja terjadi. Namun untuk memastikan hal tersebut dibutuhkan penelitian lebih lanjut.
"Ya mesti (sinkhole) sambung dengan sungai. Tapi berapa jaraknya itu yang perlu kita telusuri," ujar Suratman.
Cara Kenali Tanah Rawan Berlubang
Menurutnya, warga harus mengenali fenomena ini waktu hujan pertama. Hujan pertama apakah ada air yang menggenang terus tanah kering atau air menggenang dengan cukup lama.
"Kalau menggenang agak lama berarti tahan dia. Tapi kalau menggenang langsung kering, terus hujan lagi menggenang-kering, terus dua ambles, nah ini gejala (sinkhole). Ini harus tahu penduduk yang memiliki lahan di sekitar sana," ucapnya.
Terkait fenomena ini ada dua pilihan yang bisa diambil yaitu dilestarikan atau dibiarkan.
ADVERTISEMENT
"Mau dilestarikan atau dibiarkan? Dibiarkan berarti ya itu tumbuh, suatu ketika kalau besok fenomena bagus menjadi obyek wisata. Kan dulu luweng-luweng kan begitu dulu. Terus sekarang jadi atraktif gua. Jadi alam ini sudah membuat kinerjanya sendiri untuk dapat diberikan kepada manusia," ujarnya.
"Kalau yang satunya ya disemen atau ditutup plastik, begitu, atasnya bisa untuk bercocok tanam. Tinggal tujuannya seperti apa," pungkasnya.