Tangan Dingin Pangdam Pattimura Tuntaskan Konflik Morella-Mamala

3 April 2017 11:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Gubernur Maluku dan Mayjen TNI Doni Monardo (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Maluku dan Mayjen TNI Doni Monardo (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Hamparan pantai biru dan terik matahari yang begitu menyengat menjadi teman setia dari warga Morella dan Mamala, Ambon. Tak hanya itu, potongan sejarah kelam juga menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kedua kelompok masyarakat ini.
ADVERTISEMENT
Semua bermula dari perasaan saling iri satu dengan lainnya. Jika satu kelompok mendapatkan sesuatu, maka kelompok lainnya juga harus merasakan yang sama. Jika tidak, perkelahian antarkampung pasti terjadi.
Setidaknya sampai waktu di mana, adanya juru damai yang mampu membuat kedua belah pihak tak lagi menaruh dendam.
Sebenarnya konflik di antara kedua kubu ini aneh. Sebab, hubungan personal di antara masing-masing pemimpinnya begitu dekat. Raja Morella dan Raja Mamala masih memiliki hubungan darah.
Masyarakat dari kedua desa ini sama-sama mayoritas beragama Islam. Hidup berdampingan karena sudah satu pemahaman dulu hanyalah ilusi.
Kampung mereka dibatasi sebuah masjid megah bercat kuning perlambang keteduhan.
Masjid Di antara Morella dan Mamala (Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Di antara Morella dan Mamala (Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan)
"Dari tahun 2008 sudah mulai ada konflik-konflik. Awalnya hanya merusak fisik saja, seperti bangunan dan lainnya. Masih dianggap biasa, namun selang beberapa waktu mulai memakan korban jiwa. Ini yang kemudian menjadi konflik berkepanjangan," kata Raja Morella Haji Sialana Yunan saat diwawancarai kumparan (kumparan.com), Sabtu (1/4).
ADVERTISEMENT
Situasi semakin sulit. Aroma persaingan semakin terasa. JIka salah satu kelompok warga mengadakan sebuah acara besar-besaran, kelompok lainnya merasa 'kesal'. Kegagalan-kegagalan tersebut berbanding lurus dengana jumlah korban yang terus bertambah akibat konflik yang tak kunjung berhenti.
Namun suasana berbeda ketika sang juru damai yakni Pangdam Pattimura IX Ambon Mayjen TNI Doni Monardo menjadi penengah konflik di tahun 2015. Program yang digagasnya begitu menyentuh kedua kelompok masyarakat.
Warga Morella dan Mamala. (Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Morella dan Mamala. (Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan)
"Pak Doni awal masuk ke sini, langsung memanggil kedua perwakilan terus langsung nanya. 'Mau damai nggak?'. Terus beliau masuk dengan program emas hijau. Jadi masyarakat diberdayakan untuk pembibitan pohon. Sampai besar terus dibagi-bagikan," beber dia.
Kemudian ada juga program emas biru, semua warga diberi pelatihan untuk menangkap ikan dengan bumbu ajakan untuk menumbuhkan persatuan dan kedamaian.
ADVERTISEMENT
"Pas pelatihan program emas biru itu disengajakan gayung untuk timba air dikasih cuma satu. Akhirnya masing-masing kan jadi ngobrol. Handuk pun dikasih satu-satu. Akhirnya mereka mulai saling mengenal dan merasakan adanya jiwa satu kampung," ucapnya.
Syukuran jelang penenggelaman kapal di Ambon (Foto: Dok. Mayor Fufut)
zoom-in-whitePerbesar
Syukuran jelang penenggelaman kapal di Ambon (Foto: Dok. Mayor Fufut)
Hubungan warga Morella dan Mamala perlahan mulai membaik. Mereka pun urung berkonflik, apalagi hanya karena saling iri-irian.
Tak cukup sampai di situ, Doni juga menggagas program lainnya untuk semakin mempererat hubungan warga Morella dan Mamala. Doni membuat program emas putih.
"Emas putih ini berkat beliau, korban-korban konflik yang Islam diumrahkan sementara yang Kristen diberangkatkan ke Yerusalem. Terakhir ada 7 orang yang diberangkatkan. Ini menjadi gebrakan-gebrakan beliau," ungkap Raja Sia.
Raja Morella, Haji Sialana Yunan (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Morella, Haji Sialana Yunan (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
ADVERTISEMENT
Ketika pulang dari Tanah Suci, para korban konflik ini kemudian menjadi agen perdamaian untuk warga Morella dan Mamala. Mereka bercerita tentang pengalaman spiritualnya.
"Mereka menyampaikan ke teman-temannya, tak ada gunanya berkelahi dan konflik," tutur dia.
Menteri Susi di Ambon, Maluku (Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Susi di Ambon, Maluku (Foto: Wisnu Prasetiyo/kumparan)
Menurut Raja Sia, program-program dari Pangdam Pattimura benar-benar diresapi oleh warga Morella dan Mamala. Dengan nada bercanda, ia bahkan menyebut merasa iri karena Doni lebih dekat dengan warga Morella dibanding dengan dirinya sebagai raja.
"Karena memang dalam praktiknya, percuma saya banyak bicara kalau lapisan bawah tak mau berubah. Jadi memang Pak Doni memang mencontohkan bagaimana seharusnya seorang pemimpin turun mengatasi masalah warganya," kata Raja Sia.
Raja Morella, Menteri Susi dan Pangdam Pattimura (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Morella, Menteri Susi dan Pangdam Pattimura (Foto: Arifin Asydhad/kumparan)
Kehadiran Doni yang tak sampai setahun benar-benarkan mendamaikan warga Morella dan Mamala. Sebagai pertanda kedamaian telah terjadi, sebelum pergantian tahun dari 2015 ke 2016 kedua desa ini menggelar sebuah perayaan.
ADVERTISEMENT
"Kita ada acara besa-besaran. Banyak pejabat yang kita undang, semua petinggi TNI datang bermalam ke desa ini. Ada warga Mamala yang ditidurkan di Morella, dan sebaliknya. Supaya membaur," urainya.
"Sekarang sudah tidak ada konflik. Saya berharap jikapun nanti Pak Doni alihtugas penggantinya bisa menyelenggarakan program seperti dia," tutup dia.
Kota Ambon, Maluku (Foto: Sepeb.com)
zoom-in-whitePerbesar
Kota Ambon, Maluku (Foto: Sepeb.com)