Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Tarung Sengit di Pilkada Jateng: Akankah Kandang Banteng Diobrak-abrik?
25 November 2024 19:09 WIB
·
waktu baca 7 menitBerkemeja putih dipadu bawahan dan peci hitam, Jokowi duduk bersila bersebelahan dengan Ahmad Luthfi dan Taj Yasin, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur di Pilkada Jawa Tengah 2024. Hari itu, Sabtu 23 November 2024, Jokowi ikut meramaikan panggung kampanye akbar Luthfi-Yasin di Simpang Lima, Semarang, Jawa Tengah.
Kehadiran Jokowi di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, tersebut bukan tanpa konsekuensi. Kehadiran presiden ketujuh RI tersebut di Semarang juga berarti ia batal datang ke kampanye cagub DKI Jakarta usungan KIM Plus, Ridwan Kamil-Suswono (RIDO). Padahal Timses RIDO sebelumnya menyebut bahwa Jokowi akan menghadiri kampanye RK bersama SBY—presiden keenam RI yang juga Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat.
Wacana kehadiran Jokowi di kampanye terakhir RK-Suswono sudah jauh hari bergaung sejak mantan wali kota Surakarta itu mendeklarasikan dukungan untuk RIDO di Kaizen Heritage, Jakarta Pusat, Senin (18/11). Namun Jokowi memilih turun gunung membantu Luthfi-Yasin di Jateng.
Bukan sekali itu saja Jokowi turut “berkampanye” meng-endorse Luthfi-Yasin di Jateng. Jokowi sudah memulai mengasosiasikan diri dengan paslon tersebut sejak turut bersama Luthfi-Yasin berpawai bagi-bagi kaus di beberapa kota di Jateng seperti Purwokerto dan Banyumas.
Kode dukungan terhadap paslon tersebut juga mencuat saat Jokowi mengunggah momen salat Jumat (15/11) bersama mantan kapolda Jateng itu di Masjid Baiturrahman Prupuk, Kota Tegal, pada 16 November 2024 di Instagram pribadinya.
Setelahnya, Jokowi terang-terangan berkampanye bersama Luthfi-Yasin di beberapa kota/kabupaten di Jateng seperti Grobogan, Blora, Klaten, dan Karanganyar. Tak hanya Jokowi, Presiden Prabowo pun turut menceburkan dukungan ke Luthfi-Yasin dengan membuat video ajakan memilih paslon tersebut.
Video itu sempat memantik kontroversi lantaran endorsement terhadap cagub-cawagub dilakukan oleh presiden yang tengah menjabat, tetapi Badan Pengawas Pemilu RI memutuskan tak ada yang dilanggar dari video itu lantaran Prabowo membuatnya pada 3 November atau bertepatan dengan hari libur saat ia berkunjung ke kediaman Jokowi di Solo.
Turun gunungnya Jokowi dan Prabowo membela Luthfi-Yasin di rangkaian Pilgub Jateng 2024 memang diakui tim suksesnya sebagai bagian dari pemenangan pilkada. Menurut Zulkifli Gayo, tim pakar Luthfi-Yasin, Prabowo memiliki hak politik sebagai ketua umum Partai Gerindra yang mendukung kadernya.
“Kalau terkait dengan Pak Jokowi dia masyarakat sipil. Sudah selesai menjabat presidennya. Itu kan hak demokrasi, masak iya kita larang memberikan dukungan?” kata Zulkifli kepada kumparan, Kamis (21/11).
Kejar-mengejar Elektabilitas Andika vs Luthfi
Tren elektabilitas berbagai survei terhadap paslon Andika-Hendi dan Luthfi-Yasin di Pilkada Jawa Tengah saling berkejaran. Dari data 6 lembaga survei yang menggelar jajak pendapat dalam jangka waktu berbeda-beda, Luthfi sempat unggul pada survei September dan awal Oktober yang digelar oleh Poltracking, Indikator, dan SMRC pada rentang elektabilitas 48,2%-57,9%.
Sedangkan mulai dari pertengahan Oktober hingga pertengahan November survei dari Litbang Kompas dan SMRC mencuplik keunggulan Andika-Hendi pada rentang elektabilitas 28,8%-50,4%. Luthfi-Yasin kembali unggul di dua survei terakhir oleh Indikator dan Populi Center pada rentang elektabilitas 47,2%-57,8%.
Dengan torehan survei tersebut, Zulkifli Gayo meyakini Luthfi-Yasin akan menang hingga 60% suara pada pemungutan suara 27 November nanti. Menurutnya, hasil survei ini bisa jadi motivasi untuk menggerakkan mesin partai dan relawan untuk terus memacu suara paslon nomor urut 2 itu.
Keyakinan kemenangan telak 60% itu menurut Zulkifli dapat terjadi meski pihaknya tengah bertarung di Jateng yang notabene basis suara PDIP alias kandang banteng. Zulkifli menyebut masyarakat telah jenuh dengan kondisi Jateng yang stagnan selama 20 tahun di bawah kepemimpinan PDIP.
“Kemiskinan tetap nomor 2 tertinggi, kemudian pertumbuhan ekonomi yang tetap nomor 2 terendah, kemudian UMP (upah minimum provinsi) tetap, dan sebagainya,” kata Zulkifli.
Mengobrak-abrik kandang banteng, menurut Zulkifli, bukannya tidak mungkin sebab hal itu pernah terjadi di Pilpres 2024 saat Prabowo-Gibran meraih 53,08% suara melampaui suara Ganjar-Mahfud usungan PDIP yang hanya meraih 34,35%.
Di sisi lain, PDIP tetap meyakini kemenangan Andika-Hendi akan terjadi dengan sinyal adanya tren kenaikan elektabilitas kini dibanding sebelumnya. Yang terpenting menurut Jubir Tim Pemenangan Pilkada PDIP Aryo Seno Bagaskoro, suasana pilkada di Jateng dapat dijaga agar mengedepankan prinsip kedaulatan pemilih.
Aryo berpesan aparat sebagai alat negara mesti berperan netral di pilkada. Karena pihaknya menyiasati dengan endorsement Presiden Jokowi hal ini bisa menunjukkan sinyal politik untuk menggerakkan seluruh potensi perangkat negara yang ada.
“Karena bagaimanapun tentu saja beliau masih memiliki pengaruh kekuasaan kepada perangkat-perangkat dan aparat. Sehingga tentu saja kita ingin menjaga betul agar di sisa hari ini tidak terjadi dugaan-dugaan ataupun indikasi ketidaknetralan dari aparat negara,” kata Aryo.
Secara terpisah Ketua DPP PDIP Ronny B. Talapessy mengungkap dugaan adanya modus aparat menyerahkan minyak atau sembako melalui kepala desa dalam rangka pilkada.
“Ini terjadi di beberapa wilayah. Dan dari tim hukum, Andika dan Hendi sudah ikut melaporkan dan juga ikut mengawal apabila ada penyebaran sembako di mana sembako tersebut yang diduga dikerahkan oleh kepolisian,” kata Ronny di DPP PDIP, Rabu (20/11).
Namun demikian, sejak awal November 2024, Polda Jawa Tengah menegaskan komitmennya untuk menjamin netralitas dan keamanan selama pelaksanaan Pilkada 2024.
Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menyebut selisih keunggulan Luthfi-Yasin terhadap Andika-Hendi pada survei terakhir 7-13 November masih dalam rentang margin of error yakni 47,2% berbanding 43,46%. Ia memperkirakan jika hal ini akan berlangsung hingga hari pemilihan, sehingga pertarungan ketat kedua paslon bakal terjadi.
Hasil sigi SMRC pada 7-12 November juga menunjukkan persaingan ketat. Meski Luthfi-Yasin disokong 73% kursi DPRD yang mewakili parpol KIM Plus berbanding 28% kursi PDIP, elektabilitas di survei justru menunjukkan keunggulan Andika-Hendi dengan 50,4% berbanding 47,0%.
“Kami tidak bisa menyimpulkan siapa yang menang karena selisihnya di bawah margin of error, hanya 3,4 persen dari MoE kami 2,9 persen. Dikatakan signifikan selisihnya kalau 2 kali MoE atau sekitar 5,8%,” kata peneliti SMRC Saidiman Ahmad.
Walau begitu, Saidiman menilai Andika punya sedikit peluang untuk menambah dukungan jelang pencoblosan. Aspek pertama dari segi penerimaan publik. Survei SMRC memotret tingkat kesukaan publik terhadap Andika mencapai 94%, lebih tinggi dibanding Luthfi sebesar 90%.
Aspek kedua, kata Saidiman, yakni latar belakang kedua tokoh. Andika Perkasa pernah menjabat Panglima TNI, sedangkan Luthfi merupakan eks Kapolda Jateng dengan masa dinas terlama.
Dalam survei pada 17-22 Oktober, SMRC pernah bertanya kepada publik di Jateng ‘Lebih percaya polisi atau tentara dalam menjalankan tugas untuk negara dan bangsa?’ Hasilnya: publik lebih percaya tentara (74%) dibanding polisi (18%), sedangkan sisanya (8%) tidak menjawab.
“Ini modal politik untuk Andika memperluas dukungan,” kata Saidiman.
Di sisi lain, Luthfi bisa mendapat tambahan dukungan berbekal endorse Jokowi dan Presiden Prabowo. Sejauh ini, kata Saidiman, endorse tersebut berdampak cepat menghentikan tren penurunan elektabilitas Luthfi-Yasin.
Sebelum Jokowi dan Prabowo turun gunung, dalam survei SMRC, elektabilitas Luthfi-Yasin sempat terjun sekitar 10% dari 57,9% pada September menjadi 47,5% di akhir Oktober. Setelah ada pernyataan dukungan dari Prabowo dan Jokowi pada awal November, elektabilitas Luthfi di survei SMRC pada pertengahan November stabil di angka 47%.
Kini jelang pencoblosan, Saidiman menilai endorse yang diterima Luthfi, khususnya dari Prabowo, bisa dimaknai aparat di bawahnya sebagai perintah.
“Misalnya pada level camat, lurah, RT, RW dst itu bawahan presiden semua. Kalau itu terjadi, tentu pemilihannya sedikit tidak fair dan kemungkinan bisa menguntungkan Luthfi sebagai orang yang didukung oleh presiden aktif,” kata Saidiman.
Sementara menurut Bawono, dukungan politik Jokowi dinilai bakal memiliki pengaruh kuat misalnya di wilayah seperti Solo Raya (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, dan Klaten).
“Saya kira penting bagi Luthfi-Yasin kemarin menghadirkan Pak Jokowi di Jateng. Karena mereka sadar betul bahwa kekuatan mesin politik PDIP hanya bisa ditandingi dengan kehadiran figur Pak Jokowi secara langsung,” ujarnya.
Namun PDIP pastinya tak akan tinggal diam. Ketatnya cagub Andika Perkasa yang notabene tokoh baru di Jateng menyusul Ahmad Lutfi yang lama bertugas di Polda Jateng menurutnya tak lepas dari kekuatan mesin partai PDIP.
“PDIP butuh pembuktian akhir bahwa Jateng ini masih kandang banteng. Ini akan jadi motivasi dari PDIP dan konstituen mereka untuk memanaskan dan menggerakkan mesin politik hingga setelah tiga bulan kampanye Andika-Hendi bisa beri perlawanan sengit,” tutup Bawono.